Selamat Datang di Blog MI NW NO. 1 Kelayu Lotim NTB, sarana berbagi pengetahuan, saling membangun dan saling memperingati"Katakan ilmu itu walau satu ayat, katakan kebenaran itu meskipun pahit"

METODE PEMBELAJARAN INQUIRI

Posted by mi1kelayu.blogspot.com | | | 1 comments »

a.        Pengertian Inkuiri
Inquiry berasal dari kata   to inquire yang berarti ikut serta, atau terlibat, dalam mengajukan pertanyaan, mencari informasi, dan melakukan penyelidikan.
Sund, seperti yang dikutip oleh Suryosubroto (dalam Trianto, 2009: 166) menyatakan bahwa, “Inquiry merupakan perluasan proses discovery, yang digunakan lebih mendalam. Inkuiri yang dalam bahasa Inggris Inquire berarti pertanyaan, atau pemeriksaan, penyelidikan. Inkuiri sebagai suatu proses umum yang dilakukan manusia untuk mencari atau memahami informasi”.
b.        Macam-Macam Inkuiri
Menurut  Mohammad Johar (2011 : 69) inkuiri dibedakan  menjadi  tiga  macam,  yaitu  inkuiri  terbimbing, inkuiri  bebas dan inkuiri bebas yang dimodifikasi. Perbedaan  itu  lebih  ditandai  dengan  seberapa  besar  campur  tangan  guru  dalam penyelidikan  tersebut. Pembelajaran  inkuiri  bebas,  memposisikan  guru  sebagai teman dalam belajar”.
1)        Inkuiri Bebas
 Menurut  Mohammad Johar (2011) Dalam hal ini siswa melakukan penelitian bebas sebagaimana seorang scientis. Masalah dirumuskan sendiri, eksperimen atau penyelidikan dilakukan sendiri dan kesimpulan konsep diperoleh sendiri.
2)        Inkuiri Terbimbing
Menurut  Mohammad Johar (2011) Dalam bentuk inkuiri ini, guru sudah memiliki jawaban sebelumnya, sehingga  siswa  tidak  begitu  bebas  mengembangkan  gagasan  dan  idenya.  Masalah yang diberikan oleh guru dan siswa memecahkannya sesuai dengan prosedur tertentu yang diarahkan oleh guru.
3)        Inkuiri Bebas Termodifikasi
Bentuk inkuiri ini merupakan gabungan dari inkuiri terbimbing dan inkuiri bebas (Mohammad Johar, 2011).

2.        Inkuiri Terbimbing
a.        Pengertian Inkuiri Terbimbing
Menurut  Paul Suparno (2007:  68) “Inkuiri  yang  terarah  adalah  inkuiri  yang banyak  dicampuri  oleh  guru. Guru banyak mengarahkan  dan  memberikan  petunjuk baik lewat prosedur yang lengkap dan pertanyaan-pertanyaan  pengarahan selama proses inkuiri”. Dalam bentuk inkuiri ini, guru sudah memiliki jawaban sebelumnya, sehingga  siswa  tidak  begitu  bebas  mengembangkan  gagasan dan idenya. Masalah yang diberikan oleh guru dan siswa memecahkannya sesuai dengan prosedur tertentu yang diarahkan oleh guru.
Metode pembelajaran inkuiri adalah suatu metode yang sangat  menantang  dan melahirkan interaksi antara yang diyakini anak sebelumnya terhadap suatu bukti baru untuk mencapai pemahaman yang lebih baik, melalui proses dan metode eksplorasi untuk  menurunkan,  dan  mengetes  gagasan-gagasan baru.  Sudah  barang tentu hal tersebut melibatkan sikap-sikap untuk mencari  penjelasan  dan  menghargai  gagasan orang lain, terbuka terhadap gagasan baru, berpikir kritis, jujur, kreatif, dan berpikir lateral.
Peran  guru  dalam  inkuiri  terbimbing  dalam memecahkan  masalah yang diberikan kepada siswa adalah dengan  memberikan  pertanyaan-pertanyaan  dalam proses penemuan sehingga siswa tidak akan kebingungan. Sehingga kesimpulan akan lebih cepat dan mudah diambil. Guru bertindak sebagai  penunjuk jalan, membantu siswa agar menggunakan ide, konsep, dan keterampilan yang sudah mereka pelajari sebelumnya untuk mendapatkan pengetahuan yang baru. Pengajuan pertanyaan yang tepat  oleh  guru  akan  merangsang  kreativitas  siswa  dan  membantu  mereka  dalam ‘menemukan’  pengetahuan  baru  tersebut.  Metode  pembelajaran  inkuiri  terbimbing memang  memerlukan waktu  yang  relatif  banyak  dalam  pelaksanaannya, akan  tetapi hasil  belajar  yang  dicapai  tentunya sebanding  dengan  waktu  yang digunakan.  Pengetahuan  baru  akan melekat  lebih  lama  apabila  siswa  dilibatkan secara langsung dalam proses.
b.        Langkah-Langkah Pembelajaran Inkuiri Terbimbing
Menurut Gulo (dalam Trianto, 2009) menyatakan, langkah-langkah dalam pembelajaran inkuiri terbimbing meliputi:
1) Perumusan Masalah.
Langkah awal adalah menentukan masalah yang ingin didalami atau dipecahkan  dengan metode inkuiri. Persoalan dapat disiapkan atau diajukan oleh guru. Persoalan  sendiri  harus  jelas  sehingga  dapat  dipikirkan,  didalami,  dan dipecahkan oleh siswa. Persoalan perlu diidentifikasi dengan jelas tujuan dari seluruh proses pembelajaran atau penyelidikan. Bila persoalan ditentukan oleh guru perlu diperhatikan bahwa persoalan itu real, dapat dikerjakan oleh siswa,  dan sesuai dengan kemampuan siswa. Persoalan yang terlalu tinggi akan membuat siswa tidak semangat, sedangkan persoalan yang terlalu mudah yang sudah mereka ketahui tidak menarik minat siswa. Sangat baik bila persoalan itu sesuai dengan tingkat hidup dan keadaan siswa.
2) Menyusun hipotesis
Langkah berikutnya adalah siswa diminta  untuk mengajukan jawaban sementara tentang masalah itu. Inilah yang disebut hipotesis. Hipotesis siswa perlu dikaji apakah jelas atau tidak. Bila belum jelas, sebaiknya guru mencoba membantu memperjelas maksudnya lebih dahulu. Guru diharapkan tidak memperbaiki hipotesis siswa yang salah, tetapi cukup memperjelas maksudnya  saja. Hipotesis yang  salah, tetapi cukup memperjelas maksudnya saja. Hipotesis yang salah nantinya akan kelihatan setelah pengambilan data dan analisis data yang diperoleh.
3) Mengumpulkan data
Langkah selanjutnya adalah siswa mencari dan mengumpulkan data sebanyak-banyaknya untuk membuktikan apakah hipotesis mereka benar atau tidak. Dalam bidang biologi, untuk dapat  mengumpulkan  data, siswa harus  menyiapkan suatu peralatan untuk pengumpulan data. Maka guru perlu membantu bagaimana siswa mencari peralatan, merangkai  peralatan, dan mengoperasikan  peralatan  sehingga berfungsi dengan baik. langkah ini adalah langkah  percobaan atau eksperimen. Biasanya dilakukan di laboratorium tetapi kadang juga  dapat di  luar sekolah. Setelah  peralaran  berfungsi, siswa  diminta untuk mengumpulkan data dan mencatatnya dalam buku catatan.
4) Menganalisis data
Data yang sudah dikumpulkan harus dianalisis untuk dapat membuktikan hipotesis apakah benar atau  tidak.  Untuk  memudahkan menganalisis  data, data sebaiknya diorganisasikan, dikelompokkan, diatur sehingga dapat dibaca dan dianalisis dengan mudah. Biasanya disusun dalam suatu tabel.


5) Menyimpulkan
Dari data yang telah dikelompokkan  dan  dianalisis, kemudian  diambil kesimpulan dengan generalisasi. Setelah diambil kesimpulan, kemudian dicocokkan dengan hipotesis asal, apakah hipotesa kita diterima atau tidak.
c.         Kelebihan dan Kekurangan Inkuiri Terbimbing
Inkuiri Suchman seperti yang dikutip oleh Kardi (dalam Trianto, 2009: 170) mempunyai dua kelebihan, yaitu :
1)        Penelitian dapat diselesaikan dalam waktu satu periode pertemuan. Waktu yang singkat ini memungkinkan siswa dapat mengalami siklus inkuiri dengan cepat, dan pelatihan mereka akan terampil melakukan inkuiri.
2)        Lebih efektif dalam semua bidang di dalam kurikulum.
Perbedaan utama antara inkuiri Suchman dengan Inkuiri umum terletak pada proses pengumpulan data. Suchman mengembangkan suatu motode penemuan baru yang menuntun siswa mengumpulkan data melalui bertanya.
Menurut Wina Sanjaya (2006:208) menyatakan kelemahan Inkuiri digunakan sebagai metode pembelajaran yaitu :
1)        Sulit mengontrol kegiatan dan keberhasilan siswa.
2)        Strategi ini sulit dalam merencanakan pembelajaran oleh karena terbentur dalam kebiasaan siswa dalam belajar.
3)         Kadang kadang dalam implementasimnya, memerlukan waktu yang panjang sehingga sering guru sulit menyesuaikannya dengan waktu yang telah ditentukan.
4)        Selama kriteria keberhasilan belajar ditentukan oleh kemampuan siswa menguasai materi pelajaran.
3.        Prestasi Belajar
Kemampuan intelektual siswa sangat menentukan keberhasilan siswa dalam memperoleh prestasi. Untuk mengetahui berhasil tidaknya seseorang dalam belajar maka perlu dilakukan suatu evaluasi, tujuannya untuk mengetahui prestasi yang diperoleh siswa setelah proses belajar mengajar berlangsung.
Menurut Ralph Tyler (dalam Suharsimi Arikunto, 2008 : 3) “Evaluasi merupakan sebuah proses pengumpulan data untuk menentukan sejauh mana, dalam hal apa, dan bagian mana tujuan sebuah pendidikan tercapai”. Tujuan khusus evaluasi ada dua, yaitu untuk mengetahui kemajuan anak didik setelah dididik selama jangka waktu tertentu dan untuk mengetahui tingkat efisiensi metode atau pendekatan dalam pengajaran selama waktu tertentu.
Alat evaluasi yang digunakan hendaknya yang baik, artinya harus memenuhi syarat-syarat dan prinsip-prinsip  tertentu dalam mengukur prestasi belajar agar informasi yang diperoleh akurat dan relevan dengan tujuan yang ingin dicapai melalui tes.
Menurut Suharsimi Arikunto (2008:57), syarat-syarat alat evaluasi (tes) yang baik adalah tes tersebut harus memenuhi syarat-syarat validitas, reliabilitas, objektifitas, praktibilitas, dan ekonomis. Validitas atau sahih maksudnya tes tersebut dapat tepat mengukur apa yang hendak diukur. Reliabilitas maksudnya tes tersebut dapat dipercaya dan memberikan hasil yang tepat apabila dites atau diujicobakan berkali-kali, serta hasil-hasil tes tersebut menunjukkan ketepatan. Obyektifitas maksudnya tes tersebut dalam pelaksanaannya tidak dipengaruhi oleh faktor subyektifitas. Ada dua faktor yang mempengaruhi subyektifitas dari suatu tes yakni bentuk tes dan penilaian. Praktibilitas maksudnya tes tersebut praktis (mudah dilaksanakan, mudah pemeriksaannya, dan dilengkapi dengan petunjuk-petunjuk yang jelas sehingga dapat diberikan atau diawali oleh orang lain). Ekonomis maksudnya dalam pelaksanaannya tes tersebut tidak membutuhkan ongkos atau biaya yang mahal, tenaga yang banyak, dan waktu yang lama.
Adapun prestasi dapat diartikan sebagai hasil yang diperoleh karena adanya aktivitas belajar yang telah dilakukan. Sedangkan belajar adalah perubahan yang terjadi dalam tingkah laku manusia. Proses tersebut tidak akan terjadi apabila tidak ada suatu yang mendorong pribadi yang bersangkutan. Prestasi belajar merupakan hal yang tidak dapat dipisahkan dari kegiatan belajar, karena kegiatan belajar merupakan proses, sedangkan prestasi merupakan hasil dari proses belajar.
Winkel (1996:226) mengemukakan bahwa “prestasi belajar merupakan bukti keberhasilan yang telah dicapai seseorang”. Dengan demikian, prestasi belajar merupakan hasil maksimum yang dicapai oleh seseorang setelah melaksanakan usaha-usaha belajar. Prestasi belajar dikatakan sempurna apabila memenuhi tiga aspek yakni: kognitif, afektif dan psikomotor, sebaliknya dikatakan prestasi kurang memuaskan jika seseorang belum mampu memenuhi target dalam ketiga kriteria tersebut.


a.         Ranah kognitif
Ranah kognitif adalah ranah yang mencakup kegiatan mental (otak). Menurut Bloom, segala upaya yang menyangkut aktivitas otak adalah termasuk dalam ranah kognitif. Dalam ranah kognitif terdapat enam aspek atau jenjang proses berpikir, mulai dari jenjang terendah sampai dengan jenjang yang paling tinggi. Keenam aspek yang dimaksud adalah:
1)        Pengetahuan/hafalan/ingatan (C1) adalah kemampuan seseorang untuk mengingat-ingat kembali (recall) atau mengenali kembali tentang nama, istilah, ide, rumus-rumus, dan sebagainya tanpa mengharapkan kemampuan untuk menggunakannya. Pengetahuan atau ingatan merupakan proses berpikir yang paling rendah.
2)        Pemahaman (C2) adalah kemampuan seseorang untuk mengerti atau memahami sesuatu setelah sesuatu itu diketahui dan diingat. Dengan kata lain, memahami adalah mengetahui tentang sesuatu dan dapat melihatnya dari berbagai segi. Seorang peserta didik dikatakan memahami sesuatu apabila ia dapat memberikan penjelasan atau memberi uraian yang lebih rinci tentang hal itu dengan menggunakan kata-katanya sendiri. Pemahaman merupakan jenjang kemampuan berpikir yang setingkat lebih tinggi dari ingatan atau hafalan.
3)        Penerapan (C3) adalah kemampuan seseorang untuk menerapkan atau menggunakan ide-ide umum, tata cara ataupun metode-metode, prinsip-prinsip, rumus-rumus, teori-teori dan sebagainya, dalam situasi yang baru dan konkret. Penerapan merupakan proses berpikir yang setingkat lebih tinggi dari pemahaman.
4)        Analisis (C4) adalah kemampuan seseorang untuk merinci atau menguraikan sesuatu bahan atau keadaan menurut bagian-bagian yang lebih kecil dan mampu memahami hubungan di antara bagian-bagian atau faktor-faktor yang satu dengan faktor-faktor lainnya.
5)        Sintesis (C5) adalah kemampuan berpikir yang merupakan kebalikan dari proses berpikir analisis. Sintesis merupakan suatu proses yang memadukan bagian-bagian atau unsur-unsur secara logis, sehingga menjadi suatu pola yang berstruktur atau berbentuk pola baru.
6)        Penilaian/penghargaan/evaluasi (C6) adalah jenjang berpikir paling tinggi dalam ranah kognitif dalam taksonomi Bloom. Penilaian/evaluasi merupakan kemampuan seseorang untuk membuat pertimbangan terhadap suatu kondisi, nilai atau ide, misalkan jika seseorang dihadapkan pada beberapa pilihan maka ia akan mampu memilih satu pilihan yang terbaik sesuai dengan kriteria yang ada.
b.        Ranah afektif
Ranah afektif adalah ranah yang berkaitan dengan sikap dan nilai. Ranah afektif mencakup watak perilaku seperti perasaan, minat, sikap, emosi, dan nilai. Adapun tingkatan aspek ini antara lain: (1) menerima (receiving), adalah kepekaan seseorang dalam menerima rangsangan (stimulus) dari luar yang datang kepada dirinya dalam bentuk masalah, situasi, gejala dan lain-lain; (2) menanggapi (responding), mengandung arti “adanya partisipasi aktif”. Jadi kemampuan menanggapi adalah kemampuan yang dimiliki oleh seseorang untuk mengikut sertakan dirinya secara aktif dalam fenomena tertentu dan membuat reaksi terhadap salah satu cara; (3) menilai atau menghargai (valuing), adalah memberikan nilai atau penghargaan terhadap suatu kegiatan atau obyek, sehingga apabila kegiatan itu tidak dikerjakan, dirasakan akan membawa kerugian atau penyesalan; (4) mengatur atau mengorganisasikan (organization), artinya mempertemukan perbedaan nilai baru yang universal, yang membawa pada perbaikan umum; (5) karakterisasi dengan suatu nilai atau kompleks nilai (characterization by evalue or calue complex), yakni keterpaduan semua sistem nilai yang telah dimiliki oleh seseorang yang mempengaruhi pola kepribadian dan tingkah lakunya.
c.         Ranah psikomotorik
Ranah psikomotor merupakan ranah yang berkaitan dengan keterampilan (skill) atau kemampuan bertindak setelah seseorang menerima pengalaman belajar tertentu. Ranah psikomotor adalah ranah yang berhubungan dengan aktivitas fisik. Adapun tingkatan aspek ini antara lain: (1) persepsi yang berhubungan dengan penggunaan untuk memperoleh petunjuk yang membimbing kegiatan motorik; (2) kesiapan yang berkenaan dengan sesuatu kesiapsediaan yang meliputi kesiapan mental, fisik dan emosi untuk melakukan suatu kegiatan keterampilan sebagai langkah selanjutnya setelah adanya persepsi; (3) respon terpimpin merupakan langkah permulaan dalam mempelajari keterampilan yang kompleks; (4) mekanisme adalah suatu penampilan keterampilan yang sudah terbiasa atau bersifat mekanis dan gerakan-gerakan yang dilakukan dengan penuh keyakinan, mantap, tertib, santun, dan sempurna; (5) respon yang kompleks adalah berkenaan dengan penampilan keterampilan yang sangat mahir, dengan kemampuan tinggi diperlukan tingkatan hasil belajar sebelumnya.
Untuk mencapai prestasi belajar siswa sebagaimana yang diharapkan, maka perlu diperhatikan beberapa faktor yang mempengaruhi prestasi belajar antara lain; faktor yang terdapat dalam diri siswa (faktor internal), dan faktor yang berasal dari luar siswa (faktor eksternal). Faktor-faktor yang berasal dari dalam diri anak bersifat biologis, sedangkan faktor yang berasal dari luar diri anak antara lain adalah faktor keluarga, sekolah, masyarakat dan sebagainya.
a.         Faktor Internal
Faktor internal adalah faktor yang timbul dari dalam diri individu itu sendiri, adapun yang dapat digolongkan ke dalam faktor internal yaitu kecerdasan/intelegensi, faktor jasmaniah/fisiologis, sikap, bakat, minat dan motivasi.
b.        Faktor Eksternal
Faktor eksternal adalah faktor-faktor yang dapat mempengaruhi prestasi belajar yang sifatnya di luar diri siswa, yaitu beberapa pengalaman-pengalaman, keadaan keluarga, lingkungan sekitarnya dan sebagainya. Pengaruh lingkungan ini pada umumnya bersifat positif dan tidak memberikan paksaan kepada individu.

By : Jauhariah