Selamat Datang di Blog MI NW NO. 1 Kelayu Lotim NTB, sarana berbagi pengetahuan, saling membangun dan saling memperingati"Katakan ilmu itu walau satu ayat, katakan kebenaran itu meskipun pahit"

Pembelajaran Dengan Peta Konsep

Posted by mi1kelayu.blogspot.com | |

1.      Peta Konsep

a.       Pengertian Peta Konsep
Novak and Gowin (1985) menyatakan bahwa peta konsep adalah alat atau cara yang dapat digunakan guru untuk mengetahui apa yang telah diketahui oleh siswa. Gagasan Novak ini didasarkan pada teori belajar Ausabel. Ausabel sangat menekankan agar guru mengetahui konsep-konsep yang telah dimiliki oleh siswa supaya belajar bermakna dapat berlangsung. Dalam belajar bermakna pengetahuan baru harus dikaitkan dengan konsep-konsep relevan yang sudah ada dalam struktur kognitif (otak) siswa. Bila dalam struktur kognitif tidak terdapat konsep-konsep relevan, pengetahuan baru yang telah dipelajari hanyalah hapalan semata.
Belajar bermakna membutuhkan usaha yang sungguh-sungguh dari pihak siswa untuk menghubungkan pengetahuan baru dengan konsep-konsep yang relevan yang telah mereka miliki. Untuk memperlancar proses tersebut, baik guru maupun siswa perlu mengetahui “ tempat awal konseptual “.  Dengan kata lain guru harus mengetahui konsep-konsep apa yang dimiliki oleh siswa waktu pelajaran baru dimulai, sedangkan para siswa diharapkan mampu menunjukkan dimana mereka berada, atau konsep-konsep apa yang telah mereka miliki dalam menghadapi pelajaran baru tersebut. Dengan menggunakan peta konsep, guru dapat melaksanakan apa yang telah dikemukakan diatas, dengan demikian pada siswa diharapkan akan terjadi belajar bermakna ( Willis Dahar, 1988:156-157 ). Menurut Ausubel dalam Willis Dahar (1988:161) ada dua dimensi belajar yaitu dimensi belajar penerimaan/penemuan dan dimensi belajar bermakna/ hapalan. Berlangsung atau tidaknya belajar bermakna tergantung pada struktur-struktur kognitif yang ada, serta kesiapan dan niat anak didik untuk belajar bermakna, dan kebermaknaan materi pelajaran secara potensial.
Peta konsep sebagai instrumen dapat digunakan untuk  analisis konsep ,mengenai peta konsep itu sendiri berdasarkan definisinya sebagai berikut : Menurut Hudojo, et al (2002) peta konsep adalah saling keterkaitan antara konsep dan prinsip yang direpresentasikan bagai jaringan konsep yang perlu dikonstruk dan jaringan konsep hasil konstruksi inilah yang disebut peta konsep. Sedangkan menurut Suparno (dalam Basuki, 2000, h.9) peta konsep merupakan suatu bagan skematik untuk menggambarkan suatu pengertian konseptual seseorang dalam suatu rangkaian pernyataan. Peta konsep bukan hanya menggambarkan konsep-konsep yang penting, melainkan juga menghubungkan antara konsep-konsep itu. Dalam menghubungkan konsep-konsep tersebut dapat digunakan dua prinsip yaitu prinsip diferensial progresif dan prinsip penyesuaian integratif.
Dahar (1989) mengemukakan ciri-ciri peta konsep sebagai berikut :
1)      Penyajian peta konsep adalah suatu cara untuk memperlihatkan konsep-konsep dan proposisi-proposisi dalam suatu topik pada bidang studi.
2)      Peta konsep merupakan gambar yang menunjukkan hubungan konsep-konsep dari suatu topik pada bidang studi.3. Bila dua konsep atau lebih digambarkan dibawah suatu konsep lainnya, maka terbentuklah suatu hirarki pada peta konsep itu.
Martin (dalam Basuki, 2000) mengungkapkan bahwa peta konsep merupakan   petunjuk   bagi  guru, untuk  menunjukkan   hubungan  antara   ide-ide   yang penting  dengan  rencana  pembelajaran. Sedangkan  menurut  Arends (dalam Basuki, 2000) menuliskan bahwa penyajian peta konsep merupakan suatu cara yang baik bagi siswa untuk memahami dan mengingat sejumlah informasi baru. Dengan penyajian peta konsep yang baik maka siswa dapat mengingat suatu materi dengan lebih lama lagi.
Pembelajaran dengan menggunakan peta konsep mempunyai banyak manfaat diantaranya menurut Ausubel (dalam Hudojo, et al 2002) menyatakan dengan jaringan konsep yang digambarkan dalam peta konsep, belajar menjadi bermakna karena pengetahuan/informasi “baru” dengan pengetahuan terstruktur yang telah dimiliki siswa tersambung sehingga menjadi lebih mudah terserap siswa. Sedangkan menurut Williams (dalam Basuki, 2000) menuliskan bahwa peta konsep dapat dijadikan sebagai alat untuk mengetahui pemahaman konseptual seseorang.
Dengan mengacu pada peta konsep maka guru dapat membuat suatu program pengajaran yang lebih terarah dan berjenjang, sehingga dalam pelaksanaan proses belajar mengajar dapat meningkatkan daya serap siswa terhadap materi yang diajarkan. Peningkatan daya serap siswa berdasarkan menyampaikan jenjang materi yang terstruktur dapat membuat siswa akan lebih kuat lagi memorinya dan akan lebih mudah mengaplikasikan konsep-konsep yang telah dipelajarinya.
Peta konsep selain digunakan dalam proses belajar mengajar, dapat diterapkan untuk berbagai tujuan yaitu :
1)      menyelidiki apa yang telah diketahui siswa
2)      Mempelajari cara belajar
3)      Mengungkap miskonsepsi, dan
4)      Sebagai alat evaluasi.
Peta konsep digunakan untuk menyatakan hubungan yang bermakna antara konsep-konsep dalam bentuk proposisi-proposisi. Proposisi-proposisi merupakan dua atau lebih konsep-konsep yang dihubungkan oleh kata-kata dalam suatu unit semantic. Dalam bentuk yang paling sederhana, peta konsep dapat berupa dua konsep yang dihubungkan oleh kata penghubung untuk membentuk proposisi. Sebagai contoh : ” langit itu biru” mewakili peta konsep sederhana yang membentuk proposisi yang sahih tentang konsep ”langit” dan ”biru”. Dengan demikian siswa dapat mengorganisasi konsep pelajaran yang telah dipelajari berdasarkan arti dan hubungan antara komponennya. Hubungan satu konsep (informasi) dengan konsep lain disebut proposisi. Peta konsep menggambarkan jalinan antar konsep yang dibahas dalam bab yang bersangkutan. Konsep yang dinyatakan dalam bentuk istilah atau label konsep. Konsep-konsep dijalin secara bermakna dengan kata-kata penghubung sehingga dapat membentuk proposisi. Satu proposisi mengandung dua konsep dan kata menghubung. Konsep yang satu mempunyai cakupan yang lebih luas daripada konsep yang lain. Dengan kata lain konsep yang satu lebih inklusif daripada konsep yang lain. Keseluruhan konsep-konsep tersebut disusun menjadi sebuah tingkatan dari konsep yang paling umum, kurang umum dan akhirnya sampai pada konsep yang paling khusus. Tingkatan dari konsep-konsep ini disebut dengan hierarki.
Pada peta konsep, konsep yang lebih inklusif diletakkan di atas. Konsep yang kurang inklusif kemudian dihubungkan dengan kata penghubung. Konsep yang lebih khusus ditempatkan di bawahnya dan dihubungkan lagi dengan kata penghubung. Konsep yang inklusif dapat dihubungkan dengan beberapa konsep yang kurang inklusif. Konsep yang paling inklusif diletakkan pada pohon konsep. Konsep ini disebut kunci konsep. Konsep pada jalur yang satu dapat dihubungkan dengan konsep pada jalur yang lain dengan kata penghubung. Hubungan ini disebut dengan kaitan silang.
Menurut Novak dan Gowin (1985) kriteria penilaian peta konsep adalah :
1)   Proposisi, adalah dua konsep yang dihubungkan oleh kata penghubung. Proposisi dikatakan sahih jika menggunakan kata penghubung yang tepat. Untuk setiap proposisi yang sahih diberi skor 1
2)   Hierarki, adalah tingkatan dari konsep yang paling umum sampai konsep yang paling khusus. Urutan penempatan konsep yang lebih umum dituliskan di atas dan konsep yang lebih khusus dituliskan di bawahnya. Hierarki dikatakan sahih jika urutan penenmpatan konsepnya benar. Untuk setiap hierarki yang sahih diberi skor 5.
3)    Kaitan silang, adalah hubungan yang bermakna antara suatu konsep pada satu hierarki dengan konsep lain pada hierarki yang lainnya. Kaitan silang dikatakan sahih jika menggunakan kata penghubung yang tepat dalam menghubungkan kedua konsep pada hierarki yang berbeda. Sementara itu, kaitan silang dikatakan kurang sahih jika tidak menggunakan kata penghubung yang tepat dalam menghubungkan kedua konsep sehingga antara kedua konsep tersebut menjadi kurang jelas. Untuk setiap kaitan silang yang sahih diberi skor 10. Sedangkan untuk setiap kaitan silang yang kurang sahih diberi skor 2
4)   Contoh, adalah kejadian atau objek yang spesifik yang sesuai dengan atribut konsep. Contoh dikatakan sahih jika contoh tersebut tidak dituliskan di dalam kotak karena contoh bukanlah konsep. Untuk setiap contoh yang sahih diberi skor 1.
b.         Ciri-ciri Peta Konsep
Berdasarkan uraian di atas, berikut ini dikemukakan beberapa ciri-ciri peta konsep :
1)        Peta konsep ialah suatu cara untuk memperlihatkan konsep-konsep dan proposisi-proposisi dari suatu bidang studi. Jadi dengan membuat peta konsep, siswa dapat melihat bidang studi itu lebih jelas dan mempelajarinya lebih bermakna.
2)        Suatu peta konsep merupakan suatu gambar dua dimensi dari suatu bidang studi atau suatu bagian dari bidang studi. Ciri inilah yang memperlihatkan hubungan-hubungan proporsional antar konsep-konsep.
3)        Cara menyatakan hubungan antar konsep-konsep. Tidak semua mempunyai bobot yang sama. Ini berarti, bahwa ada beberapa konsep yang lebih umum dari pada konsep-konsep yang lain.
4)        Hirarki, Bila dua atau lebih konsep yang digambarkan di bawah suatu konsep yang lebih inklusif, terbentuklah hirarki pada peta konsep itu.
c.         Langkah-langkah Pengembangan Peta Konsep oleh Guru
1)        Menuliskan di atas kertas seluruh konsep atau nama topik yang berkaitan dengan bidang umum yang akan diajarkan.
2)        Memperhatikan adanya fakta-fakta (contoh-contoh) khusus yang penting untuk dipelajari siswa.
3)        Memilih konsep yang paling umum dan tempatkan di bagian atas kertas.
4)        Menambahkan berikutnya konsep yang lebih khusus di bawah konsep umum tadi. Hubungkan keduanya dengan garis penghubung yang diberi label penghubung.
5)        Setelah penulisan konsep yang lebih khusus di baris kedua, melanjutkan penulisan konsep lain yang lebih khusus di baris ketiga, dan seterusnya.
6)        Melengkapi dengan garis penghubung antar konsep sehingga seluruh hirarki menyerupai piramida. Jangan lupa menuliskan label penghubung pada garis tersebut untuk menunjukkan keteraturan antar konsep.
7)        Setelah seluruh peta konsep terbentuk, menandai konsep khusus yang terutama menarik bagi siswa atau tingkat kesulitannya tepat bagi siswa.
Ernest (dalam Basuki, 2000) berpendapat bahwa untuk menyusun suatu peta konsep bisa dilakukan dengan cara sebagai berikut :
1)        Tentukan dahulu topiknya,
2)        Membuat daftar konsep-konsep yang relevan untuk konsep tersebut,
3)        Menyusun konsep-konsep menjadi sebuah bagan,
4)        Menghubungkan konsep-konsep itu dengan kata-kata supaya bisa terbentuk suatu proposisi,
5)        Mengevaluasi keterkaitan konsep-konsep yang telah dibuat.
Pendapat lain untu membuat peta konsep cukup dengan 5 langkah dengan penjelasan sebagai berikut :
1)        Lakukan Brainstorming selama 10-15 menit per sesi. Ketika Central disebutkan maka konsep apa saja yang terlintas di benak dituliskan terlebih dahulu. Jangan lakukan penilaian apakah relevan atau mau diletakkan di mana.
2)        Kategorisasikan/ kelompokkan sekumpulan ide itu kemudian tentukan hirarki konsep mana yang menjadi dahan (umum), mana yang jadi ranting dan mana yang jadi daun (detil).
3)        Mulai layout / gambarkan konsep-konsep tersebut.
4)        Tarik garis antar konsep tersebut.
5)        Pergunakan warna, Ikon dan Asosiasi untuk menambah cantiknya Peta Konsep yang dihasilkan.
Penggunaan warna, ritme (dari gambar ketebalan dahan, ranting ke daun), layout (spasial), ikon dan asosiasi (menghubungkan Ikon dan Analogi) untuk menghubungkan satu konsep dengan konsep yang sudah melekat di otak, membantu otak mengingat lebih baik, karena melibat lebih banyak panca indra, juga otak melakukan proses Asimilasi pengetahuan baru terhadap pengetahuan yang sudah mengendap sebelumnya.
Setelah peta konsep itu jadi, maka kemampuan otak kanan secara visual dan holistik serta Gestalt yang memicu “Kayaknya ada yang kurang dan saya bisa tambahkan lebih lanjut” akan meneruskan pengembangan peta tersebut. Kemampuan alami otak kanan yang Random akan tersalurkan ketika ada sebuah konsep baru muncul, maka otak kiri mulai bekerja menganalisa sebaiknya diletakkan di mana.
Ketika melihat peta secara keseluruhan dari jauh maka otak kanan bekerja (seperti seseorang menilai/ mengagumi lukisan) dan ketika tertarik pada suatu lokasi maka otak kiri mulai bekerja secara logis dan analitik.
Sinergis antara dua belahan otak kanan dan kiri inilah yang membuat mengapa Peta Konsep itu sedemikian powerfulnya. Harus sering menggunakan baru bisa merasakan manfaatnya. Karena sepintas peta konsep yang digambar secara manual berantakan tidak beraturan.

d.        Cara Mengajar Siswa Menyusun Peta Konsep.
Membelajarkan siswa menyusun peta konsep harus secara bertahap. Pertama kali meminta siswa menyusun peta konsep perlu dipilih konsep-konsep yang sudah dikenal. Mula-mula guru dapat mengajar siswa memahami peta konsep sebagai modifikasi dari suatu kerangka isi bahan pembelajaran dengan istilah-istilah yang saling dihubungkan dalam hirarki secara vertikal. Cara mengenalkan peta konsep kepada siswa adalah dengan memodelkan cara penyusunannya dengan memfokuskan pada konsep-konsep yang jumlahnya terbatas atau lebih sederhana. Agar siswa lebih memahami peta konsep, dapat diajak untuk menyusun yang lebih luas atau lebih kompleks. Selanjutnya dapat ditugasi oleh guru untuk menyusun peta konsep di rumah secara berkelompok, kemudian guru meminta salah seorang wakil dari tiap-tiap kelompok untuk menampilkan peta konsepnya di papan tulis untuk dikritik secara bersama-sama untuk menghindari miskonsepsi.
e.         Manfaat Peta Konsep
1)        Manfaat peta konsep bagi guru.
a)         Membantu guru memahami macam-macam konsep yang terdapat dalam topik yang akan diajarkan dan memperoleh wawasan baru.
b)        Membantu dalam menghindari miskonsepsi oleh siswa.
c)         Dengan mengidentifikasi konsep-konsep sebelum membuat peta konsep, guru dapat menemukan topik-topik sains secara jelas, sehingga dapat membantu untuk menentukan topik-topik yang perlu dipelajari.
d)        Membantu untuk melihat keterkaitan logis antar konsep-konsep khusus.
e)         Membantu untuk mengorganisasi urutan kegiatan belajar mengajar di kelas.
f)         Membantu untuk penilaian siswa.
g)        Membantu untuk menggali pemahaman siswa sebelum dilakukan pembelajaran.
h)        Sebagai alat untuk menggalakkan pembelajaran kooperatif.
2)        Manfaat peta konsep bagi siswa
a)         Membantu dalam mempelajari konsep-konsep pokok dan proposisi, serta membantu dalam menghubungkan atau mengaitkan pengetahuan yang telah dimilikinya dengan yang sedang dipelajarinya.
b)        Membantu mempelajari cara belajar menyusun peta konsep.
c)         Membantu untuk memperoleh wawasan baru.
d)        Membantu siswa menghindari miskonsepsi.
e)         Membantu untuk mempelajari sains secara bermakna.
f)         Secara tidak langsung mengajak siswa belajar kooperatif.
3)        Bagi pengembang dan perencana kurikulum, peta konsep dapat digunakan untuk memilah-milah konsep-konsep yang penting dan konsep-konsep yang tidak penting.
4)        Bagi lingkungan, peta konsep membantu siswa memahami peranannya sebagai pelajar, juga menjelaskan peranan guru serta menciptakan iklim belajar yang saling menghargai antara guru dan siswa. Peta konsep dapat juga membantu guru dan siswa dalam bekerja sama untuk mengatasi informasi-informasi yang keliru atau tidak bermakna.