1.
Peta
Konsep
a.
Pengertian
Peta Konsep
Novak and Gowin (1985) menyatakan bahwa peta konsep adalah alat atau cara
yang dapat digunakan guru
untuk mengetahui apa yang telah diketahui oleh siswa. Gagasan Novak ini didasarkan pada teori belajar Ausabel. Ausabel sangat
menekankan agar guru mengetahui konsep-konsep yang telah dimiliki oleh siswa supaya belajar bermakna dapat berlangsung. Dalam belajar bermakna pengetahuan baru harus dikaitkan dengan konsep-konsep relevan yang sudah ada dalam struktur kognitif (otak) siswa. Bila dalam
struktur kognitif tidak terdapat konsep-konsep relevan,
pengetahuan baru yang telah dipelajari hanyalah hapalan semata.
Belajar bermakna membutuhkan usaha
yang sungguh-sungguh dari pihak siswa untuk menghubungkan pengetahuan baru
dengan konsep-konsep yang relevan yang telah mereka miliki. Untuk memperlancar
proses tersebut, baik guru maupun siswa perlu mengetahui “ tempat awal
konseptual “. Dengan kata lain guru
harus mengetahui konsep-konsep apa yang dimiliki oleh siswa waktu pelajaran
baru dimulai, sedangkan para siswa diharapkan mampu menunjukkan dimana mereka
berada, atau konsep-konsep apa yang telah mereka miliki dalam menghadapi
pelajaran baru tersebut. Dengan menggunakan peta konsep, guru dapat
melaksanakan apa yang telah dikemukakan diatas, dengan demikian pada siswa
diharapkan akan terjadi belajar bermakna ( Willis Dahar, 1988:156-157 ).
Menurut Ausubel dalam Willis Dahar (1988:161) ada dua dimensi belajar yaitu
dimensi belajar penerimaan/penemuan dan dimensi belajar bermakna/ hapalan.
Berlangsung atau tidaknya belajar bermakna tergantung pada struktur-struktur
kognitif yang ada, serta kesiapan dan niat anak didik untuk belajar bermakna,
dan kebermaknaan materi pelajaran secara potensial.
Peta
konsep sebagai instrumen dapat digunakan untuk analisis konsep ,mengenai
peta konsep itu sendiri berdasarkan definisinya sebagai berikut : Menurut
Hudojo, et al (2002) peta konsep adalah saling keterkaitan antara konsep dan
prinsip yang direpresentasikan bagai jaringan konsep yang perlu dikonstruk dan
jaringan konsep hasil konstruksi inilah yang disebut peta konsep. Sedangkan
menurut Suparno (dalam Basuki, 2000, h.9) peta konsep merupakan suatu bagan
skematik untuk menggambarkan suatu pengertian konseptual seseorang dalam suatu
rangkaian pernyataan. Peta konsep bukan hanya menggambarkan konsep-konsep yang
penting, melainkan juga menghubungkan antara konsep-konsep itu. Dalam
menghubungkan konsep-konsep tersebut dapat digunakan dua prinsip yaitu prinsip
diferensial progresif dan prinsip penyesuaian integratif.
Dahar
(1989) mengemukakan ciri-ciri peta konsep sebagai berikut :
1)
Penyajian peta konsep adalah suatu
cara untuk memperlihatkan konsep-konsep dan proposisi-proposisi dalam suatu
topik pada bidang studi.
2)
Peta konsep merupakan gambar yang
menunjukkan hubungan konsep-konsep dari suatu topik pada bidang studi.3. Bila
dua konsep atau lebih digambarkan dibawah suatu konsep lainnya, maka
terbentuklah suatu hirarki pada peta konsep itu.
Martin
(dalam Basuki, 2000) mengungkapkan bahwa peta konsep merupakan
petunjuk bagi guru, untuk menunjukkan
hubungan antara ide-ide yang penting
dengan rencana pembelajaran. Sedangkan menurut Arends
(dalam Basuki, 2000) menuliskan bahwa penyajian peta konsep merupakan suatu
cara yang baik bagi siswa untuk memahami dan mengingat sejumlah informasi baru.
Dengan penyajian peta konsep yang baik maka siswa dapat mengingat suatu materi
dengan lebih lama lagi.
Pembelajaran
dengan menggunakan peta konsep mempunyai banyak manfaat diantaranya menurut
Ausubel (dalam Hudojo, et al 2002) menyatakan dengan jaringan konsep yang
digambarkan dalam peta konsep, belajar menjadi bermakna karena
pengetahuan/informasi “baru” dengan pengetahuan terstruktur yang telah dimiliki
siswa tersambung sehingga menjadi lebih mudah terserap siswa. Sedangkan menurut
Williams (dalam Basuki, 2000) menuliskan bahwa peta konsep dapat dijadikan
sebagai alat untuk mengetahui pemahaman konseptual seseorang.
Dengan
mengacu pada peta konsep maka guru dapat membuat suatu program pengajaran yang
lebih terarah dan berjenjang, sehingga dalam pelaksanaan proses belajar mengajar
dapat meningkatkan daya serap siswa terhadap materi yang diajarkan. Peningkatan
daya serap siswa berdasarkan menyampaikan jenjang materi yang terstruktur dapat
membuat siswa akan lebih kuat lagi memorinya dan akan lebih mudah
mengaplikasikan konsep-konsep yang telah dipelajarinya.
Peta konsep selain digunakan dalam proses belajar mengajar, dapat
diterapkan untuk berbagai tujuan
yaitu :
1)
menyelidiki apa
yang telah diketahui siswa
2)
Mempelajari cara
belajar
3)
Mengungkap
miskonsepsi, dan
4)
Sebagai alat evaluasi.
Peta konsep digunakan untuk menyatakan hubungan yang bermakna antara
konsep-konsep dalam bentuk
proposisi-proposisi. Proposisi-proposisi merupakan dua atau lebih konsep-konsep yang dihubungkan oleh kata-kata dalam suatu unit
semantic. Dalam bentuk yang paling sederhana, peta konsep dapat berupa dua konsep yang dihubungkan oleh kata
penghubung untuk membentuk
proposisi. Sebagai contoh : ” langit itu biru” mewakili peta konsep sederhana
yang membentuk proposisi yang sahih tentang konsep
”langit” dan ”biru”. Dengan demikian siswa dapat mengorganisasi konsep pelajaran yang telah dipelajari
berdasarkan arti dan hubungan antara komponennya. Hubungan satu konsep (informasi) dengan konsep lain disebut proposisi. Peta konsep menggambarkan jalinan antar konsep yang dibahas
dalam bab yang bersangkutan. Konsep yang dinyatakan dalam bentuk istilah atau label konsep.
Konsep-konsep dijalin secara bermakna dengan kata-kata penghubung sehingga dapat membentuk proposisi.
Satu proposisi mengandung dua
konsep dan kata menghubung. Konsep yang satu mempunyai cakupan yang lebih luas daripada konsep yang lain. Dengan kata lain
konsep yang satu lebih inklusif daripada konsep yang lain. Keseluruhan konsep-konsep tersebut
disusun menjadi sebuah tingkatan dari konsep yang paling umum, kurang umum dan akhirnya sampai pada konsep yang
paling khusus. Tingkatan dari
konsep-konsep ini disebut dengan hierarki.
Pada peta konsep, konsep yang lebih inklusif diletakkan di atas. Konsep
yang kurang inklusif kemudian
dihubungkan dengan kata penghubung. Konsep yang lebih khusus ditempatkan di bawahnya dan dihubungkan lagi dengan kata penghubung.
Konsep yang inklusif dapat dihubungkan dengan beberapa konsep yang kurang inklusif. Konsep yang paling
inklusif diletakkan pada
pohon konsep. Konsep ini disebut kunci konsep. Konsep pada jalur yang satu dapat dihubungkan dengan konsep pada jalur yang lain
dengan kata penghubung. Hubungan ini disebut dengan kaitan silang.
Menurut Novak dan Gowin (1985) kriteria penilaian peta konsep adalah :
1)
Proposisi, adalah dua konsep yang
dihubungkan oleh kata penghubung. Proposisi dikatakan sahih jika menggunakan kata penghubung yang
tepat. Untuk setiap proposisi yang sahih diberi skor 1
2)
Hierarki, adalah tingkatan dari konsep
yang paling umum sampai konsep yang paling khusus. Urutan penempatan konsep yang lebih umum
dituliskan di atas dan konsep yang lebih khusus dituliskan di bawahnya. Hierarki dikatakan sahih jika urutan
penenmpatan konsepnya benar.
Untuk setiap hierarki yang sahih diberi skor 5.
3)
Kaitan
silang, adalah hubungan yang bermakna antara suatu konsep pada satu
hierarki dengan konsep
lain pada hierarki yang lainnya. Kaitan silang dikatakan sahih jika menggunakan kata penghubung yang tepat dalam
menghubungkan kedua konsep pada hierarki yang berbeda. Sementara itu, kaitan silang dikatakan kurang sahih
jika tidak menggunakan kata
penghubung yang tepat dalam menghubungkan kedua konsep sehingga antara kedua konsep tersebut menjadi kurang
jelas. Untuk setiap kaitan silang yang sahih diberi skor 10. Sedangkan untuk setiap kaitan silang yang kurang
sahih diberi skor 2
4)
Contoh, adalah kejadian atau objek
yang spesifik yang sesuai dengan atribut konsep. Contoh dikatakan sahih jika contoh tersebut tidak
dituliskan di dalam kotak karena contoh bukanlah konsep. Untuk setiap contoh yang sahih diberi skor 1.
b.
Ciri-ciri Peta Konsep
Berdasarkan
uraian di atas, berikut ini dikemukakan beberapa ciri-ciri peta konsep :
1)
Peta konsep ialah suatu cara untuk memperlihatkan
konsep-konsep dan proposisi-proposisi dari suatu bidang studi. Jadi dengan
membuat peta konsep, siswa dapat melihat bidang studi itu lebih jelas dan
mempelajarinya lebih bermakna.
2)
Suatu peta konsep merupakan suatu gambar dua dimensi
dari suatu bidang studi atau suatu bagian dari bidang studi. Ciri inilah yang
memperlihatkan hubungan-hubungan proporsional antar konsep-konsep.
3)
Cara menyatakan hubungan antar konsep-konsep. Tidak
semua mempunyai bobot yang sama. Ini berarti, bahwa ada beberapa konsep yang
lebih umum dari pada konsep-konsep yang lain.
4)
Hirarki, Bila dua atau lebih konsep yang digambarkan
di bawah suatu konsep yang lebih inklusif, terbentuklah hirarki pada peta konsep itu.
c.
Langkah-langkah Pengembangan Peta Konsep oleh Guru
1)
Menuliskan di atas kertas seluruh konsep atau nama
topik yang berkaitan dengan bidang umum yang akan diajarkan.
2)
Memperhatikan adanya fakta-fakta (contoh-contoh)
khusus yang penting untuk dipelajari siswa.
3)
Memilih konsep yang paling umum dan tempatkan di
bagian atas kertas.
4)
Menambahkan berikutnya konsep yang lebih khusus di
bawah konsep umum tadi. Hubungkan keduanya dengan garis penghubung yang diberi
label penghubung.
5)
Setelah penulisan konsep yang lebih khusus di baris
kedua, melanjutkan penulisan konsep lain yang lebih khusus di baris ketiga, dan
seterusnya.
6)
Melengkapi dengan garis penghubung antar konsep
sehingga seluruh hirarki menyerupai piramida. Jangan lupa menuliskan label
penghubung pada garis tersebut untuk menunjukkan keteraturan antar konsep.
7)
Setelah seluruh peta konsep
terbentuk, menandai konsep khusus yang terutama menarik bagi siswa atau tingkat
kesulitannya tepat bagi siswa.
Ernest
(dalam Basuki, 2000) berpendapat bahwa untuk menyusun suatu peta konsep bisa
dilakukan dengan cara sebagai berikut :
1)
Tentukan dahulu topiknya,
2)
Membuat daftar konsep-konsep yang relevan
untuk konsep tersebut,
3)
Menyusun konsep-konsep menjadi
sebuah bagan,
4)
Menghubungkan konsep-konsep itu
dengan kata-kata supaya bisa terbentuk suatu proposisi,
5)
Mengevaluasi keterkaitan
konsep-konsep yang telah dibuat.
Pendapat lain
untu membuat peta konsep cukup dengan 5 langkah dengan penjelasan sebagai
berikut :
1)
Lakukan Brainstorming selama 10-15
menit per sesi. Ketika Central disebutkan maka konsep apa saja yang terlintas
di benak dituliskan terlebih dahulu. Jangan lakukan penilaian apakah relevan
atau mau diletakkan di mana.
2)
Kategorisasikan/ kelompokkan
sekumpulan ide itu kemudian tentukan hirarki konsep mana yang menjadi dahan
(umum), mana yang jadi ranting dan mana yang jadi daun (detil).
3)
Mulai layout / gambarkan konsep-konsep
tersebut.
4)
Tarik garis antar konsep tersebut.
5)
Pergunakan warna, Ikon dan Asosiasi
untuk menambah cantiknya Peta Konsep yang dihasilkan.
Penggunaan
warna, ritme (dari gambar ketebalan dahan, ranting ke daun), layout (spasial),
ikon dan asosiasi (menghubungkan Ikon dan Analogi) untuk menghubungkan satu
konsep dengan konsep yang sudah melekat di otak, membantu otak mengingat lebih
baik, karena melibat lebih banyak panca indra, juga otak melakukan proses
Asimilasi pengetahuan baru terhadap pengetahuan yang sudah mengendap
sebelumnya.
Setelah
peta konsep itu jadi, maka kemampuan otak kanan secara visual dan holistik
serta Gestalt yang memicu “Kayaknya ada yang kurang dan saya bisa tambahkan
lebih lanjut” akan meneruskan pengembangan peta tersebut. Kemampuan alami otak
kanan yang Random akan tersalurkan ketika ada sebuah konsep baru muncul, maka
otak kiri mulai bekerja menganalisa sebaiknya diletakkan di mana.
Ketika
melihat peta secara keseluruhan dari jauh maka otak kanan bekerja (seperti
seseorang menilai/ mengagumi lukisan) dan ketika tertarik pada suatu lokasi
maka otak kiri mulai bekerja secara logis dan analitik.
Sinergis
antara dua belahan otak kanan dan kiri inilah yang membuat mengapa Peta Konsep
itu sedemikian powerfulnya. Harus sering menggunakan baru bisa merasakan
manfaatnya. Karena sepintas peta konsep yang digambar secara manual berantakan
tidak beraturan.
d.
Cara Mengajar Siswa Menyusun Peta Konsep.
Membelajarkan
siswa menyusun peta konsep harus secara bertahap. Pertama kali meminta siswa menyusun
peta konsep perlu dipilih konsep-konsep yang sudah dikenal. Mula-mula guru
dapat mengajar siswa memahami peta konsep sebagai modifikasi dari suatu
kerangka isi bahan pembelajaran dengan istilah-istilah yang saling dihubungkan
dalam hirarki secara vertikal. Cara mengenalkan peta konsep kepada
siswa adalah dengan memodelkan cara penyusunannya dengan memfokuskan pada
konsep-konsep yang jumlahnya terbatas atau lebih sederhana. Agar siswa lebih
memahami peta konsep, dapat diajak untuk menyusun yang lebih luas atau lebih
kompleks. Selanjutnya dapat ditugasi oleh guru untuk menyusun peta konsep di
rumah secara berkelompok, kemudian guru meminta salah seorang wakil dari
tiap-tiap kelompok untuk menampilkan peta konsepnya di papan tulis untuk
dikritik secara bersama-sama untuk menghindari miskonsepsi.
e.
Manfaat Peta Konsep
1)
Manfaat peta konsep bagi guru.
a)
Membantu guru memahami macam-macam konsep yang
terdapat dalam topik yang akan diajarkan dan memperoleh wawasan baru.
b)
Membantu dalam menghindari miskonsepsi oleh siswa.
c)
Dengan mengidentifikasi konsep-konsep sebelum membuat
peta konsep, guru dapat menemukan topik-topik sains secara jelas, sehingga
dapat membantu untuk menentukan topik-topik yang perlu dipelajari.
d)
Membantu untuk melihat keterkaitan logis antar konsep-konsep
khusus.
e)
Membantu untuk mengorganisasi urutan kegiatan belajar
mengajar di kelas.
f)
Membantu untuk penilaian siswa.
g)
Membantu untuk menggali pemahaman siswa sebelum
dilakukan pembelajaran.
h)
Sebagai alat untuk menggalakkan pembelajaran
kooperatif.
2)
Manfaat peta konsep bagi siswa
a)
Membantu dalam mempelajari konsep-konsep pokok dan
proposisi, serta membantu dalam menghubungkan atau mengaitkan pengetahuan yang
telah dimilikinya dengan yang sedang dipelajarinya.
b)
Membantu mempelajari cara belajar menyusun peta
konsep.
c)
Membantu untuk memperoleh wawasan baru.
d)
Membantu siswa menghindari miskonsepsi.
e)
Membantu untuk mempelajari sains secara bermakna.
f)
Secara tidak langsung mengajak siswa belajar
kooperatif.
3)
Bagi pengembang dan perencana
kurikulum, peta konsep dapat digunakan untuk memilah-milah konsep-konsep yang
penting dan konsep-konsep yang tidak penting.
4)
Bagi lingkungan, peta konsep membantu siswa memahami
peranannya sebagai pelajar, juga menjelaskan peranan guru serta menciptakan
iklim belajar yang saling menghargai antara guru dan siswa. Peta konsep dapat
juga membantu guru dan siswa dalam bekerja sama untuk mengatasi
informasi-informasi yang keliru atau tidak bermakna.