Selamat Datang di Blog MI NW NO. 1 Kelayu Lotim NTB, sarana berbagi pengetahuan, saling membangun dan saling memperingati"Katakan ilmu itu walau satu ayat, katakan kebenaran itu meskipun pahit"

Belajar dan Pembelajaran

Posted by mi1kelayu.blogspot.com | | | 3 comments »


1.             Belajar
a.             Pengertian Belajar
Secara umum  belajar dapat  diartikan  sebagi proses perubahan  perilaku, akibat  intraksi  individu  dengan lingkungan.  Jadi  perubahan prilaku adalah hasil  belajar,  artinya  seseorang   dikatakan  telah belajar, jika ia  dapat melakukan   sesuatu  yang  tidak dapat dilakukan  sebelumnya. 
Menurut  Kimble & Garmey, sifat  perubahan  perilaku  dalam belajar relatif  permanen. Dengan demikian   hasil belajar dapat diidentifikasi  dari adanya  kemampuan  melakukan sesuatu   secara permanen, dapat diulang – ulang  dengan hasil  yang  sama. Kita membedakan  prilaku hasil belajar dengan  yang terjadi secara kebetulan. Orang yang secara kebetulan dapat melakukan sesuatu, tentu tidak  dapat  mengulangi perbuatan tersebut dengan hasil yang sama, sedangkan orang  dapat melakukan sesuatu  karena hasil  belajar  dapat melakukannya   secara berulang – ulang dengan hasil yang sama.
Belajar adalah suatu proses usaha yang dilakukan seseorang untuk memperoleh suatu perubahan. Tingkah laku yang baru secara keseluruhan, sebagai hasil pengalamannya sendiri dalam interaksi dengan lingkungannya (Slameto:2003:2).
Menurut Winkel ( dalam Darsono , dkk. 2000) belajar adalah aktivitas mental atau psiskis yang berlangsung dalam interaksi aktif dengan lingkungan, yang menghasilkan perubahan dalam pengetahuan, pemahaman, ketrampilan dan nilai sikap.
Dari pendapat para ahli diatas, maka belajar dapat diartikan sebagai aktivitas mental dan pisik  dalam intraksinya dengan lingkungan untuk menghasilkan  sesutau berupa perubahan tingkah laku, pengetahuan, pengalaman dan keterampilan yang bersifat permanen.
b.                 Teori Belajar Kooperatif Learning  Tipe Jigsaw
Beberapa teori belajar antara lain :
1)             Teori belajar menurut  J. Bruner
Didalam proses  belajar, Bruner mementingkan  partisipasi  aktif dari tiap siswa,  dan mengenal  dengan baik adanya   perbedaan  kamampuan.  Untuk meningkatkan  proses belajar perlu lingkungan yang  dinamakan  “discovery  learning environment”, ialah  lingkungan   dimana siswa   dapat melakukan   eksplorasi, penemuan – penemuan  baru yang  dikenal  atau pengertian  yang mirip dengan   yang sudah  diketahui. Dalam  tiap lingkungan  selalu ada bermacam – macam   masalah,  hubungan – hubungan   dan hambatan yang  dihayati  oleh siswa secara berbeda – beda  pada usia  yang  berbeda pula.
2)             Teori  belajar Vygotsky
Tokoh konstrutivis lain adalah  Vygotsky. Sumbangan penting  teorinya adalah  penekanan  pada hakekat   pembelajaran  sosiokultur. Inti  dari teorinya yaitu   menekankan  pada interaksi  antara aspek  internal  dan eksternal  dari pembelajaran   dan penekannya  pada lingkuangan  sosial pembelajaran.
Vygotsky  menjabarkan   implikasi   utama teori  pembelajarannya sebagai berikut :
a)             Menghendaki  seting kelas  berbentuk  kooperatif, sehingga siswa  dapat saling  memunculkan  strategi – strategi   pemecahan  masalah  yang efektif  dalam masing – masing   zone  of proximal develpment mereka.  Zone of proximal  development adalah jarak  tingkat perkembangan  sesungguhnya   yang didefinisikan  sebagai  kemampuan  pemecahan  masalah  secara mandiri   dan tingkat  kemampuan   perkembangan   potensial  yang didefinisikan   sebagai  kemampuan  pemecahan masalah  dibawah  bimbingan orang  dewasa atau teman  sebaya yang  lembih  mampu.
b)                 Penedekatan  Vygotsky  dalam pembelajaran  menekankan   sclfolding. Scalfolding  berarti  memberikan  seorang  anak sejumlah besar bantuan  tersebut dan memberikan  kesempatan  pada anak  tersebut  mengambil  alih tanggung jawab  yang semakin  besar  segera  setelah ia mampu mengerjakannya.
Teori yang Melandasi   Pembelajaran Kooperatif.
Dua aspek yang penting yang mendasari keberhasilan cooperative learning yaitu teori motivasi dan teori kognitif ( Slavin dalam Sumiati, 2009 : 46 ).
a). Teori  Motivasi
Aspek motivasi pada dasarnya  ada dalam  konteks  pemberian  penghargaaan  kepada kelompok.  Adanya tujuan  kelompok ( tujuan bersama )  mampu  mencipatakan  situasi  dimana  cara bagi  setiap kelompok  untuk mencapai  tujuannya  sendiri adalah  dengan mengupayakan  agar tujuan  kelompoknya  tercapai  terlebih dahulu.
b).  Teori Kognitif
Asumsi dasar teori – teori perkembangan  kognitif  adalah bahwa  interaksi  antara siswa  disekitar  tugas – tugas  yang sesuai  akan meningkatkan   ketuntasan   mereka  tentang  konsep  - konsep   penting.  Vygotsy  mendefinisikan  Zone of  proximal  development sebagai  suatu selisiah   atau jarak   antara  tingkat  perkembangan  potensial  yang ditentukan  oleh pemecahan   masalah dengan bimbingan   orang dewasa   atau melalui  kerjasama  dengan sejawat  yang  lebih  mampu.
c.        Bentuk – bentuk Belajar.
1).  Belajar Verbal
Bentuk belajar verbal merupakan  bentuk belajar sederhana,  dan dapat menjadi  dasar bagi  bentuk – bentuk  belajar lain.  Bentuk belajar ini menekankan pada  kemampuan  menyatakan ide dengan kata – kata,  seperti dalam  pelajaran bahasa, atau kemampuan  mengingat  suatu konsep  atau prinsip  tertentu  dan menyatakan  kembali  dengan kata – kata.
Prinsip belajar  verbal adalah  proses  pembentukan  asosiasi  verbal, yaitu  hubungan antara  obyek  yang diamati atau obyek  yang dibayangkan   dengan kata – kata.  Sesorang yagn memiliki  kemampuan  asosiasi verbal, dapat menyatakan  dengan jelas   tentang  suatu obyek, baik  keberadaanya, ciri – cirinya, apa  kaitan  antara obyek  yang satu dengan  obyek yang lain.
Materi – materi  pembelajaran yang  digunakan  untuk belajar verbal  berkaitan  dengan kata – kata,  ungkapan, dan kalimat.  Kemampuan  yang diharapkan  dapat dicapai  dalam proses belajar meliputi   kemampuan  mengingat  dan menyatakan   kembali apa  yang  dipelajari  secara bebas dan  cepat,  kemampuan  merangkaikan  kata atau  kelimat  berdasarkan   aturan tertentu,  dan kemampuan  memasang – masangkan kata, rangkaian   katau atau kalimat   yang mempunyai   hubungan satu sama lain. ( De Cecco dan Crawford dalam Sumiati, 2009 : 56).


2).  Belajar Konsep dan Prinsip
Konsep adalah hasil penyimpulan  tentang sesuatu hal berdasarkan  atas  adanya  ciri – ciri yang sama pada  hal tersebut.  Konsep adakalanya barkaitan  dengan  sesuatu obyek, sesutau peristiwa,  atau berkaitan   dengan manusia.  Adapun  yangdimaksud dengan prinsip adalah  suatu pernyataan  yang menjelaskan  tentang hubungan   antara dua  konsep  atau lebih.  Istilah  prinsip kadang – kadang disebut juga  dengan  aturan atau  generalisasi.
Konsep dan prinsip  ada yang bersifat  sederhana, ada yang bersifat  rumit atau  kompleks. Dalam mempelajarinya  pun  dapat  dilakukan  dengan cara  menerima  saja dari orang lain, melalui penjelasan guru,  atau melalui proses   pembentkan konsep. Proses pembentukan konsep  memerlukan  suatu strategi  yang dikenal  dengan strategi   pencapaian  konsep.  Jerome S. Bruner  mengemukakan   dua macam  strategi  pencapaian  konsep yaitu  strategi  pemilihan dan strategi penerimaan.  Dalam strategi  pemilihan,  siswa dituntut untuk menentukan  atau memilih  dari serangkaian  contoh  - contoh  yang dikemukakan  oleh guru,  yang memiliki ciri sama,  dan yang membedakannya  dari contoh – contoh lain, kemudian  mengambil kesimpulan  sendiri atau  merumuskan konsepnya.  Sedangkan  dalam strategi  penerimaan  sejumlah contoh  yang dikemukakan  guru ditandai  dengan ciri – ciri  tertentu,  dan berdasarkan   kesamaan  ciri itulah   diambil   kesimpulan  sebagai konsepnya. ( Joice dan Weil dalam Sumiati 2009 : 57 ).
3).  Belajar Pemecahan Masalah
Sebagiamana bentuk  belajar konsep, ada yang sederhana  dan ada pula yang  kompleks, maka  belajar pemecahan masalah  pun demikia pula,  yaitu ada bentuk  pemecahan masalah  yang  sederhana  dan ada bentuk  pemecahan masalah  kompleks menuntut  proses berpikir  yang lebih rumit.  Kemampuan  pemecahan  masalah  banyak menunjang  kreativitas  seseorang  yaitu  kemampuan  menciptakan  ide baru, baik berifat   asli  ciptaannya sendiri, maupun  merupakan  suatu modifikasi                       ( perubahan )  dari berbagai  ide   yang telah  ada sebelumnya.
Proses pemecahan masalah  dapat berlangsung  jika seseorang  dihadapkan  pada suatu  persoalan yang   didalamnya  terdapat sejumlah  kemungkinan  jawaban.  Upaya  menemukan kemungkinan jawaban itu merupakan proses  pemecahan masalah.  Belajar pemecahan masalah  dapat berlangsung  dalam proses  belajar yang berkaitan   dengan ilmu – ilmu sosial,  ilmu – ilmu kealaman, maupun matematika.
4).  Belajar Keterampilan
Keterampilan melakukan suatu jenis  kegiatan tertentu  merupakan  suatu bentuk  pengalaman belajar  yang sepatutnya   dicapai  melalui proses belajar disekolah.  Dicapainya  keterampilan  yang diperoleh  seseorang  ditandai   oleh adanya   kemampuan  menampilkan   bentuk – bentuk  gerakan  tertentu dalam melakukan   suatu kegiatan,  sebagai respon dari rangsangan  yang datang pada dirinya.  Jadi bentuk belajar keterampilan mirip  dengan bentuk belajar verbal.  Ciri yang membedakan keduanya  adalah, dalam  bentuk belajar  keterampilan  respons atau reaksi  itu ditampilkan   dalam bentuk  gerakan – gerakan motorik  jesmaniah, sedangkan  dalam belajar verbal, respon atau reaksi  yang ditampilkan   berkaitan  dengan penggunaan  kata atau rangkaian kata – kata.
d.       Faktor – faktor dalam belajar.
Ada beberapa faktor dalam belajar yaitu :
1).  Motivasi untuk Belajar
Motivasi pada dasarnya  merupakan dorongan  yang muncul  dari dalam  diri sendiri  untuk bertingkah laku.  Dorongan itu  pada umumnya  diarahkan  untuk mencapai  sesuatu  atau bertujuan. 
Motivasi belajar adalah sesuatu  yang mendorong siswa untuk  berperilaku yang  langsung  menyebabkan  munculnya  perilaku  dalam belajar.  Siswa akan melakukan  sesuatu proses belajar  betapapun  beratnya   jika ia mempunyai  motivasi tinggi.  Motivasi belajar  memegang  peranan cukup  besar terhadap  pencapaian hasil. Tanpa motivasi  belajar siswa  tidak dapat belajar, motivasi belajar pada umumnya muncul  karena  adanya rangsangan, baik yang  datang dari  dalam dirinya sendiri  maupun  dari luar dirinya.
2).  Tujuan yang Hendak Dicapai
Tujuan belajar adalah  arah atau sasaran  yang hendak dituju  oleh  proses  pembelajaran.  Tujuan menuntun  kepada apa yang  hendak dicapai, atau sebagai  gambaran tentang  hasil  akhir  suatu kegiatan. 
Sebagaimana  motivasi, tujuan sebagai salah satu faktor  yang terdapat  dalam  belajar seharusnya  timbul dan  ada pada diri siswa.  Seorang siswa  memasuki suatu jenjang pendidikan tertentu mempunyai tujuan. 
3).  Situasi  yang Mempengaruhi  Proses Belajar.
Faktor situasi atau keadaan yang  mempengaruhi  proses belajar pada siswa  berkaitan   dengan diri siswa sendiri,  keadaan belajar,  proses belajar,  guru yang memberi pelajaran, teman belajar dan pergaulan, serta program belajar   yang ditempuh merupakan faktor  yang mempunyai  pertalian  erat satu  dengan yang lain.  Pressey  mengungkapkan  keadaan ( situasi ) tentang siswa, sebagai berikut :
a)             Siswa sebagai individu yang unik.
Keadaan siswa sendiri  merupakan  suatu komponen  situasi belajar antara seorang siswa  dengan yang lain  akan berbeda. Implikasi terhadap  proses atau peritiwa belajar itu sendiri.  Setiap siswa  tidak akan  ada yang  sama  dalam barbagai  hal antara  satu dengan  yang lain.  Perbedaa itu  berkaitan  dengan keinginan, kebutuhan,  kehendak,  minat, bakat dan kemampuan .
b)         Keadaan  atau situasi  belajar
Keadaan siswa ketika  sedang belajar sangat berpengaruh  terhadap  hasil belajar. Keadaan siswa  itu berkaitan   dengan kondisi  fisik  maupun  mental.  Belajar dalam keadaan fisik sakit, tidak  akan dapat  berlangsung  dengan baik.  Begitu  pula jika mental  dalam keadaan tegang, stress, gugup atau bigung,  maka belajar tidak akan  dapat  berlangsung  dengan baik.
c)                 Proses belajar
Proses belajar memerlukan  metode, teknik, dan waktu. Hal ini  menunjukkan  keadaan yang berbeda – beda antara seseorang  dengan yang lain, juga terhadap  materi  pembelajaran  yang satu dengan yang lain.
d)                 Guru
Guru merupakan  salah satu komponen  situasi belajar.  Keadaan  guru dapat  mempengaruhi  hasil belajar.  Guru merupakan  pendorong dalam belajar. Oleh karena  itu perlu  diperhatikan  keadaan guru berkaitan  dengan kepribadian, kemampuan  dan kondisi  fisik maupun mental, sehingga  belajar akan  dapat  berlangsung  dengan baik  sampai  pada tujuan yang  ingin dicapai.
e)                 Teman
Seringkali  keberhasilan  ataupun kegagalan  belajar  disebabkan oleh  teman  bergaul maupun teman belajar. Oleh karena itu  harus dipertimbangkan  dalam  memilih teman, agar jangan   sampai  manjadi  penyebab kegagalan  dalam belajar.
f)                    Program yang  ditempuh
Apa yang  dipelajari siswa  pada  umumnya terfokus  pada program  pendidikan yang ditempuh.  Oleh karena itu  materi  pembelajaran  yang  sedang  dipelajari  seharusnya  disertai  dengan motivasi, minat dan  sesuai dengan  bakat siswa  itu sendiri.
2.             Model  Pembelajaran Cooperative Learing
a.             Pengertian  Pembelajaran Cooperative Learning
Pembelajaran kooperatif merupakan strategi belajar mengajar di mana siswa belajar dalam kelompok-kelompok kecil dengan tingkat kemampuan kognitif yang heterogen. (Woolfolk dalam Budiningarti 1998: 22) menyatakan bahwa pembelajaran kooperatif merupakan salah satu pembelajaran yang didasarkan pada faham konstruktivisme. Pada pembelajaran kooperatif siswa percaya bahwa keberhasilan mereka akan tercapai jika dan hanya jika setiap anggota kelompoknya berhasil.
Sistem pengajaran yang memberi kesempatan kepada anak didik untuk bekerjasama dengan sesama siswa dalam tugas-tugas yang terstruktur disebut sebagai pengajaran gotong royong atau cooperatif learning. Sistem pendidikan gotong royong merupakan alternatif menarik yang dapat mencegah timbulnya kegresifan dalam sistem kompetisi dan keterasingan dalam sistem individu tanpa mengorbankan aspek kognitif.
Pembelajaran kooperatif bergantung pada kelompok-kelompok kecili pebelajar. Meskipun isi dan petunjuk yang diberikan oleh pengajar mencirikan bagian dari pengajaran, namun pembelajaran kooperatif secara berhati-hati menggabungkan kelompok-kelompok kecil sehingga anggotaanggotanya dapat bekerja bersama-sama untuk memaksimalkan pembelajaran dirinya dan pembelajaran satu sama lainnya. Masing-masing anggota kelompok bertanggungjawab untuk mempelajari apa yang disajikan dan membantu teman anggotanya untuk belajar. Ketika kerjasama ini berlangsung, tim menciptakan atmosfir pencapaian, dan selanjutnya pembelajaran ditingkatkan.
Cooperative Learning mengacu pada metode pengajaran dimana siswa bekerja bersama dalam kelompok kecil saling membantu dalam belajar. Kebanyakan melibatkan siswa dalam kelompok yang terdiri dari 4 (empat) siswa yang mempunyai kemampuan yang berbeda.
b.            Unsur – unsur  Pembelajaran Cooperative
Menurut Muslimin Ibrohim (2000:6) Unsur-unsur dasar pembelajaran kooperatif adalah sebagai berikut :
1)             Siswa dalam kelompoknya haruslah beranggapan bahwa mereka “sehidup sepenanggungan bersama”.
2)             Siswa bertanggungjawab atas segala sesuatu di dalam kelompoknya seperti milik mereka sendiri.
3)             Siswa haruslah melihat bahwa semua anggota di dalam kelompoknya memiliki tujuan yang sama.
4)             Siswa haruslah membagi tugas dan tanggungjawab yang sama diantara anggota kelompoknya.
5)             Siswa akan dikenakan evaluasi atau diberikan hadiah/penghargaan yang juga akan dikenakan untuk semua anggota kelompok.
6)             Siswa akan diminta mempertanggungjawabkan secara individual materi yang ditangani dalam kelompok kooperatif.
7)             Siswa berbagi kepemimpinan dan mereka membutuhkan keterampilan untuk belajar bersama selama proses belajarnya.
c.             Tujuan Pembelajaran Cooperative
Tujuan pembelajaran cooperative berbeda dengan tujuan pembelajaran tradisional, dimana pembelajaran tradisional ini  mengukur keberhasilan siswa  atau individu  dengan melihat kegagalan  siswa atau individu lain.  Pembelajaran  cooperative ini  menciptakan   keberhasilan siswa atau individu  ditentukan  oleh  keberhasilan kelompoknya.  Model pembelajaran kooperatif  dikembangkan  untuk mencapai  setidak – tidaknya  tiga tujan  pembelajaran  penting  yang dirangkum oleh  Ibrahim, ( 2000 ) yaitu :
1). Hasil Belajar  Akademik
Dalam belajar  kooperatif  meskipun  mencakup  baragam tujuan sosial, juga  memperbaiki  prestasi siswa  atau tugas – tugas   akademis  penting lainnya.  Beberapa   ahli berpendapat   bahwa  model ini   unggul  dalam membantu  siswa  memahami   konsep  - konsep   sulit.  Para pengembang  model ini  telah menunjukkan   bahwa model  struktur   penghargaan   kooperatif   telah dapat  meningkatkan   nilai siswa  pada belajar akademik  dan perubahan   norma  yang berhubungan   dengan hasil belajar.  Disamping  mengubah  norma  yang berhubungan  dengan hasil belajar, pembelajaran kooperatif  dapat memberi  keuntungan  baik pada siswa  kelompok bawah maupun kelompok atas yang bekerja  bersama  menyelesaikan  tugas – tugas  akademik.
2). Penerimaan  Terhadap Perubahan  Individu
Tujuan lain model  pembelajaran  kooperatif  adalah penerimaan   secara luas  dari orang – orang  yang berbeda  ras, budaya, kelas sosial, kamampuan, dan ketidak mampuannya.  Pembelajaran kooperatif  memberi peluang   bagi siswa  dari berbagai   latar belakang   dan kondisi  untuk bekerja  dengan saling   bergantung  pada tugas – tugas  akademik  dan melalui  struktur   penghargaan  kooperatif   akan belajar  saling   menghargai  satu sama lain.
3).  Pengembangan  Keterampilan  Sosial
Tujan penting  ketiga pembelajaran  kooperatif adalah, mengajarkan  kepada  siswa keterampilan   bekerja sama dan berkolaborasi. Keterampilan – keterampilan  sosial,  penting  dimiliki  oleh siswa  sebab saat ini  banyak anak  muda masih kurang  dalam keterampilan sosial.
d.            Langkah – langkah  Pembelajaran  Kooperatif
Pembelajaran kooperatif  juga harus  didukung  oleh  langkah – langkah  dan keterampilan  yang melengkapinya. Langkah utama  dalam pembelajaran   kooperatif  menurut  Arends ( dalam  karuru 2001 )  ada enam fase. Pembelajaran  kooperatif dimulai dengan  guru menyampaikan  tujuan pembelajaran  dan motivasi  siswa untuk belajar.  Fase ini  diikuti   siswa dengan  penyajian informasi,  sering dalam  bentuk teks bukan verbal.  Selanjutnya   siswa dikelompokkan   kedalam tim – tim belajar.  Tahap ini  diikuti  bimbingan guru  pada saat siswa  bekerjasama  menyelesaikan  tugas mereka.  Fase terakhir  dari pembelajaran kooperatif yaitu penyajian hasil akhir  kerja kelompok,  dan mengetes  apa yang mereka  pelajari,  serta memberi  penghargaan  terhadap usaha – usaha  kelompok  maupun individu.  Keenam fase  pembelajaran kooperatif  dirangkum  pada  tabel 2.1 berikut ini :
Tabel 2.1. Langkah – langkah Pembelajaran kooperatif
Fase
Tingkah laku guru
Fase – 1
Menyampaikan tujuan dan motivasi
Guru menyampaikan  semua tujuan  pelajaran  yang ingin dicapai  pada pelajaran  tersebut  dan memotivasi siswa  belajar.
Fase – 2
Menyajikan  informasi
Guru menyampaikan  informasi  pada siswa  dengan jalan  demonstrasi  atau lewat  bahan bacaan.
Fase – 3
Mengorganisasikan  siswa dalam  kelompok – kelompok  belajar
Guru  menjelaskan  kepada siswa  bagiamana  caranya membentuk  kelompok – kelompok  belajar dan  membantu setiap kelompok  agar melakukan  transisi secara  efisien.
Fase – 4
Membimbing  kelompok  bekerja dan  belajar
Guru membimbing   kelompok – kelompok   belajar  pada saat  mereka mengerjakan  tugas mereka
Fase – 5
Evaluasi
Guru mengevaluasi  hasil belajar  tentang materi   yang telah  dipelajari atau  masing – masing  kelompok  mempresentasikan  hasil  kerjanya.
Fase – 6
Memberi penghargaan
Guru mencari  cara menghargai  baik upaya  maupun  hasil belajar  individu  maupun kelompok.

e.             Pendekatan Pembelajaran Kooperatif
Walaupun prinsip dasar pembelajaran kooperatif tidak berubah,  terdapat  beberapa  variasi model  tersebut.  Ada empat  pendekatan  pembelajaran  kooperatif ( Arends, 2001). Disini  akan diuraikan  secara ringkas  masing – masing   pendekatan  tersebut.


1).  Student Teams  Achievement Division ( STAD )
STAD dikembangkan  oleh Robert  Slavin dan teman – temanya  di Universitas   John  Hopkin dan merupakan   pendekatan   pembelajaran  kooperatif  yang paling sederhana.  Guru menggunakan  STAD, juga mengacu  kepada   belajar kelompok siswa,  menyajikan  informasi   akademik  baru kepada  siswa setiap   minggu   menggunakan   presentasi   verbal  atau teks.  Siswa dalam  suatu kelas   tertentu  dipecah  menjadi kelompok   dengan anggota  4 – 5 orang, setiap kelompok   haruslah heterogen,  terdiri dari laki – laki  dan perempuan,  berasal dari   berbagai   suku,  memiliki  kemampuan tinggi, sedang dan  rendah.  Anggota tim   menggunakan  lembar kegiatan  atau perangkat   pembelajaran  yang lain utnuk menuntaskan  materi  pelajarannya  dan kemudian  saling membantu  satu sama lain untuk memahami bahan  pelajaran  melalui tutorial, kuis  satu sama lain   atau melakukan  diskusi.  Secara individual   setiap minggu  atau setiap  dua minggu siswa  dberi kuis.  Kuis itu diskor,  dan tiap individu   diberi skor  perkembangan.  Skor perkembangan  ini tidak berdasarkan   pada skor mutlak siswa,  tetapi berdasarkan   pada seberapa jauh   skor itu   melampaui   rata – rata   skor yang lalu.  Setiap   minggu   pada suatu  lembar penilaian   singkat  atau dengan  cara lain,  diumukan  tim – tim   dengan skor tertinggi, siswa yang  mencapai skor   perkembangan  tertinggi, atau  siswa yang mencapai  skor sempurna   pada kuis – kuis  itu.
3).  Group  Investigation  /Investigasi kelompok
Investigasi   kelompok mungkin  merupakan  medel pembelajaran   kooperatif   yang paling  kompleks dan paling  sulit untuk  diterapkan.  Model ini  dikembangkan  pertama kali  oleh Thelen.  Berbeda dengan STAD dan jigsaw, siswa  terlibat  dalam  perencanaan  baik topik  yang dipelajari  maupun  begaimana  jalannya penyelidikan   mereka.  Pendekatan ini  memerlukan   norma  dan struktur  kelas yang   lebih rumit   dari pada  pendekatan yang  lebih  terpusat pada guru.  Dalam penerapan  investigasi  guru membagi   kelas menjadi  kompok  - kelompok  dengan anggota   5 atau 6 siswa  yang heterogen.  Dalam beberapa  kasus,  kelompok  dapat   dibentuk   dengan mempertimbangkan   keakraban persahabatan   atau minat   yang sama dalam  topoik tertentu.  Selanjutnya   siswa memilih  topik  untuk diselidiki,  melakukan   penyelidikan  yang mendalam  atas topik   yang dipilih itu.  Selanjutnya   menyiapkan   dan mempresentasikan   laporannya  kepada seluruh kelas.
4).  Pendekatan Struktural
Pendekatan ini  dikembangkan  oleh Spencer  Kagen  dan kawan – kawannya.  Meskipun  memilik banyak   kesamaan  dengan pendekatan lain, namun  pendekatan   ini memberi penekanan  pada penggunaan  struktur   tertentu yang dirancang  untuk  mempengaruhi   pola interaksi siswa.  Struktur  tugas yang   dikembangkan  oleh Kagen ini  dimaksudkan sebagai alternatif   terhadap  struktur   kelas tradisional, seperti   resitasi,  dimana  guru   mengajukan   pertanyaan   kepada seluruh   kelas dan  siswa memberi jawaban   setelah mengangkat   tangan dan ditunjuk. Struktur  yang dikembangkan  oleh kagen in menghendaki  siswa bekerja   saling membantu   dalam kelompok  kecil dan  lebih dicirikan   oleh penghargaan  kooperatif, dari pada   penghargaan individu. Ada struktur   yang dimbangkan  untuk meningkatkan  perolehan   isi akademik, dan ada struktur yang dirancang   untuk  mengajarkan  keterampilan  sosial dan  keterampilan   kelompok.
5).  Jigsaw
Jigswa pertam kali dikembangkan  dan diuji cobakan   oleh Elliot  Aronson  dan teman – teman  di Universitas  Texas,  dan kemudian  diadaptasi  oleh Slavin  dan  teman – teman di  Universitas  John Hopkins.
Memperjelas  perbandingan  antara keempat   pendekatan  pembelajaran  kooperatif  atau yang lebih   sering disebut  sebagai  tipe pembelajaran  kooperatif  dapat dilihat  dari Tabel 2.2.
Tabel 2.2. Perbandingan  Empat  Pendekatan  dalam Pembelajaran Koopratif.

STAD
Jigsaw
Group Investigation
Pendekatan Strukur
Tujuan koognitif
Informasi akademik sederhana
Informasi akademik sederhana
Informasi akademik tingkat  tinggi dan keterampilan inkuiri
Informasi  akademik sederhana
Tujuan sosial
Kerja kelompok dan kerja sama
Kerja kelompok  dan kerja sama
Kerja dalam kelompok kompleks
Keterampilan kelompok dan  keterampilan  sosial.
Struktur tim
Kelompok belajar heterogen dengan 4 – 5 orang anggota
Kelompok belajar  heterogen  dengan 5 – 6 anggota,  mengunakan pola “kelompok asal” dan  “Kelompok ahli”
Kelompok  belajar 5 – 6 orang anggota   homogen. Bervariasi, berdua, bertiga
Kelompok 4 – 6 orang anggota
Pemilihan topik
Biasanya guru
Biasanya guru
Biasanya siswa
Biasanya guru
Tugas utama
Siswa dapat  menggunakan  lembar kegiatan  dan saling membantu  untuk menuntaskan  materi belajarnya
Siswa mempelajari materi dalam “kelompok  hali” kemudian membantu anggota   “Kelompok asal” mempelajari materi itu
Siswa menyelesaikan  inkuiri  komples
Siswa mengerjakan  tugas – tugas   sosial dan  kognitif.
Penilian
Tes mingguan
Bervariasi, dapat berpa tes mingguan
Menyelesaikan   proyek  dan menulis laporan, dapat  menggunakan tes uraian
Bervariasi






Pengakuan Lembar
Lembar pengetahuan dan publikasi  lain
Publikasi lain
Lembar pengamatan  dan publikasi lain
Bervariasi

f.                Model Pembelajaran Jig Saw
Pembelajaran kooperatif Tipe Jigsaw. Pembelajaran kooperatif tipe jigsaw pertama kali dikembangkan oleh Aronson. dkk di Universitas Texas. Model pembelajaran kooperatif tipe Jigsaw merupakan model pembelajaran kooperatif, siswa belajar dalam kelompok kecil yang terdiri dari 4-5 orang dengan memperhatikan keheterogenan, bekerjasama positif dan setiap anggota bertanggung jawab untuk mempelajari masalah tertentu dari materi yang diberikan dan menyampaikan materi tersebut kepada anggota kelompok yang lain.
Pada model pembelajaran kooperatif tipe Jigsaw, terdapat kelompok asal dan kelompok ahli. Kelompok asal yaitu kelompok induk siswa yang beranggotakan siswa dengan kemampuan, asal, dan latar belakang keluarga yang beragam. Kelompok asal merupakan gabungan dari beberapa ahli. Kelompok ahli yaitu kelompok siswa yang terdiri dari anggota kelompok asal yang berbeda yang ditugaskan untuk mempelajari dan mendalami topik tertentu dan menyelesaikan tugas-tugas yang berhubungan dengan topiknya untuk kemudian dijelaskan kepada anggota kelompok asal.
Siswa diminta untuk membaca suatu materi dan diberi lembar ahli (expert sheet) yang memuat topik-topik berbeda untuk tiap anggota tim yang harus dipelajari pada saat membaca. Apabila siswa telah selesai membaca, selanjutnya dari tim berbeda dengan topik yang sama bertemu (berkumpul) dalam kelompok ahli, untuk mendiskusikan topik mereka selama waktu yang ditentukan. Selanjutnya ahli-ahli ini kembali ke tim masing-masing untuk menyampaikan kepada anggota yang lain dalam satu tim asal. Pada akhirnya siswa mengerjakan kuis yang mencakup semua topik dan skor yang diperoleh menjadi skor tim. skor yang dikontribusi oleh siswa kepada timnya menjadi dasar sistem peningkatan skor individual. Siswa dengan skor tinggi dalam timnya dapat menerima sertifikat atau penghargaan lainnya. Kunci dari pembelajaran tipe JIGSAW adalah saling kertergantungan, yaitu setiap siswa bergantung pada anggota satu timnya untuk menyediakan informasi yang dibutuhkan agar mengerjakan kuis dengan baik.
Peran guru dalam model pembelajaran kooperative tipe jigsaw adalah mefasilitasi dan memotivasi para anggota kelompok ahli agar mudah untuk memahami materi yang diberikan. Kunci tipe Jigsaw ini adalah interdependence setiap siswa terhadap anggota tim yang memberikan informasi yang diperlukan. Artinya para siswa harus memiliki tanggunga jawab dan kerja sama yang positif dan saling ketergantungan untuk mendapatkan informasi dan memecahkan masalah yang biberikan.
Menurut Slavin ( 1995: 122 ) Kegiatan instruksional yang secara reguler dilaksanakan dalam pembelajaran kooperatif tipe JIGSAW terdiri atas membaca, diskusi kelompok ahli, laporan tim, tes, dan penghargaan tim.
1)             Membaca
Siswa menerima topik ahli dan membaca materi yang ditnjuk untuk menggali informasi (mendalaminya).
2)             Diskusi kelompok ahli
Siswa dengan topik ahli yang sama bertemu untuk mendiskusikannya dalam kelompok ahli.
3)             Laporan tim
Ahli-ahli kembali pada timnya dan mengajarkan topik mereka kepada anggota yang lain dalam satu timnya.
4)             Tes
Siswa mengerjakan kuis individual yang mencakup semua topik.
5)             Penghargaan tim
Tim dimungkinkan mendapatkan sertifikat atau penghargaan lain apabila skor rata-rata mereka melebihi kriteria tertentu.
Penilaian Dalam Pembelajaran Kooperatif
Penilaian dalam pembelajaran kooperatif dilakukan dengan tes atau kuis tentang bahan pembelajaran. Dalam banyak hal, butir-butir tes pada kuis ini harus merupakan satu jenis tes obyektif paper and pencil, sehingga butir-butir itu dapat diskor di kelas atau segera setelah tes diberikan.
Langkah-langkah dalam penerapan teknik Jigsaw adalah sebagai berikut :  
·                 Guru membagi suatu kelas menjadi beberapa kelompok, dengan setiap kelompok terdiri dari 4 – 6 siswa dengan kemampuan yang berbeda. Kelompok ini disebut kelompok asal. Jumlah anggota dalam kelompok asal menyesuaikan dengan jumlah bagian materi pelajaran yang akan dipelajari siswa sesuai dengan tujuan pembelajaran yang akan dicapai. Dalam tipe Jigsaw ini, setiap siswa diberi tugas mempelajari salah satu bagian materi pembelajaran tersebut. Semua siswa dengan materi pembelajaran yang sama belajar bersama dalam kelompok yang disebut kelompok ahli (Counterpart Group/CG). Dalam kelompok ahli, siswa mendiskusikan bagian materi pembelajaran yang sama, serta menyusun rencana bagaimana menyampaikan kepada temannya jika kembali ke kelompok asal. Kelompok asal ini oleh Aronson disebut kelompok Jigsaw (gigi gergaji). Misal suatu kelas dengan jumlah 40 siswa dan materi pembelajaran yang akan dicapai sesuai dengan tujuan pembelajarannya terdiri dari 5 bagian materi pembelajaran, maka dari 40 siswa akan terdapat 5 kelompok ahli yang beranggotakan 8 siswa dan 8 kelompok asal yang terdiri dari 5 siswa. Setiap anggota kelompok ahli akan kembali ke kelompok asal memberikan informasi yang telah diperoleh atau dipelajari dalam kelompok ahli. Guru memfasilitasi diskusi kelompok baik yang ada pada kelompok ahli maupun kelompok asal.




















Keterangan :
Baris I dan III  :  Kelompok Asal
Baris II             :  Kelompok Ahli
                               Gambar 2.1.  Contoh Pembentukan Kelompok Jigsaw

·                 Setelah siswa berdiskusi dalam kelompok ahli maupun kelompok asal, selanjutnya dilakukan presentasi masing-masing kelompok atau dilakukan pengundian salah satu kelompok untuk menyajikan hasil diskusi kelompok yang telah dilakukan agar guru dapat menyamakan persepsi pada materi pembelajaran yang telah didiskusikan.
·                 Guru memberikan kuis untuk siswa secara individual.
·                 Guru memberikan penghargaan pada kelompok melalui skor penghargaan berdasarkan perolehan nilai peningkatan hasil belajar individual dari skor dasar ke skor kuis berikutnya.
·                 Materi sebaiknya secara alami dapat dibagi menjadi beberapa bagian materi pembelajaran.
·                 Perlu diperhatikan bahwa jika menggunakan Jigsaw untuk belajar materi baru maka perlu dipersiapkan suatu tuntunan dan isi materi yang runtut serta cukup sehingga tujuan pembelajaran dapat tercapai.
3.         Prestasi  Belajar
Suatu proses belajar diharapkan menghasilkan sesuatu yang disebut hasil belajar. Hasil belajar itu dapat berupa pengetahuan, sikap dan ketrampilan yang dapat diklasifikasikan ke dalam aspek-aspek kognitif, afektif dan psikomotor. Aspek kognitif mencakup kemampuan berpikir, termasuk kemampuan memahami, menghapal, mengaplikasi, menganalisis, mensintesis, dan mengevaluasi. Aspek afektif mencakup watak perilaku seperti perasaan, minat, sikap, emosi, dan nilai. Aspek psikomotorik mencakup imitasi, manipulasi, presisi, artikulasi, dan naturalisasi.
Hasil belajar atau prestasi belajar dalam proses belajar mengajar tergantung pada berbagai faktor yang mempengaruhi proses belajar. Faktor-faktor tersebut dapat dikelompokan sebagai berikut :
a.              Faktor intern (berasal dari diri siswa), meliputi :
1)                Kondisi fisiologis
2)                Faktor psikologis, yang meliputi antara lain: kecerdasan, bakat, minat, motivasi dan perhatian.
b.              Faktor ekstern (berasal dari luar diri siswa), meliputi :
1)   Faktor lingkungan, meliputi: lingkungan alam dan lingkungan sosial. 2) Faktor instrumental, yaitu faktor yang adanya dan penggunaannya dirancang sesuai dengan hasil yang diharapkan. Faktor instrumental ini meliputi: kurikulum, sarana, dan prasarana dan guru.
Untuk memperoleh hasil belajar yang baik, perlu pemahaman terhadap prinsip-prinsip atau asas-asas belajar yang dapat mengarahkan kepada cara belajar yang efisien. Menurut Oemar Hamalik dalam Max Darsono (2000:27) prinsip-prinsip belajar tersebut meliputi:
a)                 Belajar yang paling efektif apabila didasari oleh dorongan motivasi yang murni (motivasi instrinsik) dan bersumber dari dalam diri sendiri.
b)                Belajar harus bertujuan, terarah dan jelas bagi siswa.
c)                 Belajar memerlukan bimbingan.
d)                Belajar memerlukan latihan dan ulangan agar apa-apa yang telah dipelajari dapat dikuasai.
e)                 Belajar harus disertai keinginan dan kemauan yang kuat untuk mencapai hasil atau tujuan.
f)                  Belajar dianggap berhasil apabila siswa telah sanggup menstranferkan atau menerapkan ke dalam bidang praktek sehari-hari.
Hasil belajar adalah pola-pola perbuatan, nilai-nilai, pengertianpengertian, sikap-sikap, apresiasi, abilitas, dan ketrampilan Hasil belajar bukan hanya suatu penguasaan hasil latihan saja, melainkan mengubah perilaku. Bukti yang nyata jika seseorang telah belajar adalah terjadinya perubahan tingkah laku pada orang tersebut, misalnya dari tidak tahu menjadi tahu, dari tidak mengerti menjadi mengerti.
Tingkah laku dalam belajar memiliki unsur subyektif dan unsur motoris. Unsur subyektif adalah unsur rohaniah, sedangkan unsur motoris adalah unsur jasmaniah. Tingkah laku manusia terdiri dari sejumlah aspek. Hasil belajar akan tampak pada setiap perubahan pada aspek-aspek tersebut.