Selamat Datang di Blog MI NW NO. 1 Kelayu Lotim NTB, sarana berbagi pengetahuan, saling membangun dan saling memperingati"Katakan ilmu itu walau satu ayat, katakan kebenaran itu meskipun pahit"

MODEL PEMBELAJARAN COOPERATIVE LEARING TIPE JIGSAW

Posted by mi1kelayu.blogspot.com | |

a.      Pengertian  Pembelajaran Cooperative Learning
Pembelajaran kooperatif merupakan strategi belajar mengajar di mana siswa belajar dalam kelompok-kelompok kecil dengan tingkat kemampuan kognitif yang heterogen. (Woolfolk dalam Budiningarti 1998: 22) menyatakan bahwa pembelajaran kooperatif merupakan salah satu pembelajaran yang didasarkan pada faham konstruktivisme. Pada pembelajaran kooperatif siswa percaya bahwa keberhasilan mereka akan tercapai jika dan hanya jika setiap anggota kelompoknya berhasil.
Sistem pengajaran yang memberi kesempatan kepada anak didik untuk bekerjasama dengan sesama siswa dalam tugas-tugas yang terstruktur disebut sebagai pengajaran gotong royong atau cooperatif learning. Sistem pendidikan gotong royong merupakan alternatif menarik yang dapat mencegah timbulnya kegresifan dalam sistem kompetisi dan keterasingan dalam sistem individu tanpa mengorbankan aspek kognitif.
Pembelajaran kooperatif bergantung pada kelompok-kelompok kecili pebelajar. Meskipun isi dan petunjuk yang diberikan oleh pengajar mencirikan bagian dari pengajaran, namun pembelajaran kooperatif secara berhati-hati menggabungkan kelompok-kelompok kecil sehingga anggotaanggotanya dapat bekerja bersama-sama untuk memaksimalkan pembelajaran dirinya dan pembelajaran satu sama lainnya. Masing-masing anggota kelompok bertanggungjawab untuk mempelajari apa yang disajikan dan membantu teman anggotanya untuk belajar. Ketika kerjasama ini berlangsung, tim menciptakan atmosfir pencapaian, dan selanjutnya pembelajaran ditingkatkan.
Cooperative Learning mengacu pada metode pengajaran dimana siswa bekerja bersama dalam kelompok kecil saling membantu dalam belajar. Kebanyakan melibatkan siswa dalam kelompok yang terdiri dari 4 (empat) siswa yang mempunyai kemampuan yang berbeda.
b.      Unsur – unsur  Pembelajaran Cooperative
Menurut Muslimin Ibrohim (2000:6) Unsur-unsur dasar pembelajaran kooperatif adalah sebagai berikut :
1)      Siswa dalam kelompoknya haruslah beranggapan bahwa mereka “sehidup sepenanggungan bersama”.
2)      Siswa bertanggungjawab atas segala sesuatu di dalam kelompoknya seperti milik mereka sendiri.
3)      Siswa haruslah melihat bahwa semua anggota di dalam kelompoknya memiliki tujuan yang sama.
4)      Siswa haruslah membagi tugas dan tanggungjawab yang sama diantara anggota kelompoknya.
5)      Siswa akan dikenakan evaluasi atau diberikan hadiah/penghargaan yang juga akan dikenakan untuk semua anggota kelompok.
6)      Siswa akan diminta mempertanggungjawabkan secara individual materi yang ditangani dalam kelompok kooperatif.
7)      Siswa berbagi kepemimpinan dan mereka membutuhkan keterampilan untuk belajar bersama selama proses belajarnya.
c.       Tujuan Pembelajaran Cooperative
Tujuan pembelajaran cooperative berbeda dengan tujuan pembelajaran tradisional, dimana pembelajaran tradisional ini  mengukur keberhasilan siswa  atau individu  dengan melihat kegagalan  siswa atau individu lain.  Pembelajaran  cooperative ini  menciptakan   keberhasilan siswa atau individu  ditentukan  oleh  keberhasilan kelompoknya.  Model pembelajaran kooperatif  dikembangkan  untuk mencapai  setidak – tidaknya  tiga tujan  pembelajaran  penting  yang dirangkum oleh  Ibrahim, ( 2000 ) yaitu :
1). Hasil Belajar  Akademik
Dalam belajar  kooperatif  meskipun  mencakup  baragam tujuan sosial, juga  memperbaiki  prestasi siswa  atau tugas – tugas   akademis  penting lainnya.  Beberapa   ahli berpendapat   bahwa  model ini   unggul  dalam membantu  siswa  memahami   konsep  - konsep   sulit.  Para pengembang  model ini  telah menunjukkan   bahwa model  struktur   penghargaan   kooperatif   telah dapat  meningkatkan   nilai siswa  pada belajar akademik  dan perubahan   norma  yang berhubungan   dengan hasil belajar.  Disamping  mengubah  norma  yang berhubungan  dengan hasil belajar, pembelajaran kooperatif  dapat memberi  keuntungan  baik pada siswa  kelompok bawah maupun kelompok atas yang bekerja  bersama  menyelesaikan  tugas – tugas  akademik.
2). Penerimaan  Terhadap Perubahan  Individu
Tujuan lain model  pembelajaran  kooperatif  adalah penerimaan   secara luas  dari orang – orang  yang berbeda  ras, budaya, kelas sosial, kamampuan, dan ketidak mampuannya.  Pembelajaran kooperatif  memberi peluang   bagi siswa  dari berbagai   latar belakang   dan kondisi  untuk bekerja  dengan saling   bergantung  pada tugas – tugas  akademik  dan melalui  struktur   penghargaan  kooperatif   akan belajar  saling   menghargai  satu sama lain.
3).  Pengembangan  Keterampilan  Sosial
Tujan penting  ketiga pembelajaran  kooperatif adalah, mengajarkan  kepada  siswa keterampilan   bekerja sama dan berkolaborasi. Keterampilan – keterampilan  sosial,  penting  dimiliki  oleh siswa  sebab saat ini  banyak anak  muda masih kurang  dalam keterampilan sosial.
d.      Langkah – langkah  Pembelajaran  Kooperatif
Pembelajaran kooperatif  juga harus  didukung  oleh  langkah – langkah  dan keterampilan  yang melengkapinya. Langkah utama  dalam pembelajaran   kooperatif  menurut  Arends ( dalam  karuru 2001 )  ada enam fase. Pembelajaran  kooperatif dimulai dengan  guru menyampaikan  tujuan pembelajaran  dan motivasi  siswa untuk belajar.  Fase ini  diikuti   siswa dengan  penyajian informasi,  sering dalam  bentuk teks bukan verbal.  Selanjutnya   siswa dikelompokkan   kedalam tim – tim belajar.  Tahap ini  diikuti  bimbingan guru  pada saat siswa  bekerjasama  menyelesaikan  tugas mereka.  Fase terakhir  dari pembelajaran kooperatif yaitu penyajian hasil akhir  kerja kelompok,  dan mengetes  apa yang mereka  pelajari,  serta memberi  penghargaan  terhadap usaha – usaha  kelompok  maupun individu.  Keenam fase  pembelajaran kooperatif  dirangkum  pada  tabel 2.1 berikut ini :
Tabel 2.1. Langkah – langkah Pembelajaran kooperatif
Fase
Tingkah laku guru
Fase – 1
Menyampaikan tujuan dan motivasi
Guru menyampaikan  semua tujuan  pelajaran  yang ingin dicapai  pada pelajaran  tersebut  dan memotivasi siswa  belajar.
Fase – 2
Menyajikan  informasi
Guru menyampaikan  informasi  pada siswa  dengan jalan  demonstrasi  atau lewat  bahan bacaan.
Fase – 3
Mengorganisasikan  siswa dalam  kelompok – kelompok  belajar
Guru  menjelaskan  kepada siswa  bagiamana  caranya membentuk  kelompok – kelompok  belajar dan  membantu setiap kelompok  agar melakukan  transisi secara  efisien.
Fase – 4
Membimbing  kelompok  bekerja dan  belajar
Guru membimbing   kelompok – kelompok   belajar  pada saat  mereka mengerjakan  tugas mereka
Fase – 5
Evaluasi
Guru mengevaluasi  hasil belajar  tentang materi   yang telah  dipelajari atau  masing – masing  kelompok  mempresentasikan  hasil  kerjanya.
Fase – 6
Memberi penghargaan
Guru mencari  cara menghargai  baik upaya  maupun  hasil belajar  individu  maupun kelompok.

e.       Pendekatan Pembelajaran Kooperatif
Walaupun prinsip dasar pembelajaran kooperatif tidak berubah,  terdapat  beberapa  variasi model  tersebut.  Ada empat  pendekatan  pembelajaran  kooperatif ( Arends, 2001). Disini  akan diuraikan  secara ringkas  masing – masing   pendekatan  tersebut.
                  1).  Student Teams  Achievement Division ( STAD )
STAD dikembangkan  oleh Robert  Slavin dan teman – temanya  di Universitas   John  Hopkin dan merupakan   pendekatan   pembelajaran  kooperatif  yang paling sederhana.  Guru menggunakan  STAD, juga mengacu  kepada   belajar kelompok siswa,  menyajikan  informasi   akademik  baru kepada  siswa setiap   minggu   menggunakan   presentasi   verbal  atau teks.  Siswa dalam  suatu kelas   tertentu  dipecah  menjadi kelompok   dengan anggota  4 – 5 orang, setiap kelompok   haruslah heterogen,  terdiri dari laki – laki  dan perempuan,  berasal dari   berbagai   suku,  memiliki  kemampuan tinggi, sedang dan  rendah.  Anggota tim   menggunakan  lembar kegiatan  atau perangkat   pembelajaran  yang lain utnuk menuntaskan  materi  pelajarannya  dan kemudian  saling membantu  satu sama lain untuk memahami bahan  pelajaran  melalui tutorial, kuis  satu sama lain   atau melakukan  diskusi.  Secara individual   setiap minggu  atau setiap  dua minggu siswa  dberi kuis.  Kuis itu diskor,  dan tiap individu   diberi skor  perkembangan.  Skor perkembangan  ini tidak berdasarkan   pada skor mutlak siswa,  tetapi berdasarkan   pada seberapa jauh   skor itu   melampaui   rata – rata   skor yang lalu.  Setiap   minggu   pada suatu  lembar penilaian   singkat  atau dengan  cara lain,  diumukan  tim – tim   dengan skor tertinggi, siswa yang  mencapai skor   perkembangan  tertinggi, atau  siswa yang mencapai  skor sempurna   pada kuis – kuis  itu.
3).  Group  Investigation  /Investigasi kelompok
Investigasi   kelompok mungkin  merupakan  medel pembelajaran   kooperatif   yang paling  kompleks dan paling  sulit untuk  diterapkan.  Model ini  dikembangkan  pertama kali  oleh Thelen.  Berbeda dengan STAD dan jigsaw, siswa  terlibat  dalam  perencanaan  baik topik  yang dipelajari  maupun  begaimana  jalannya penyelidikan   mereka.  Pendekatan ini  memerlukan   norma  dan struktur  kelas yang   lebih rumit   dari pada  pendekatan yang  lebih  terpusat pada guru.  Dalam penerapan  investigasi  guru membagi   kelas menjadi  kompok  - kelompok  dengan anggota   5 atau 6 siswa  yang heterogen.  Dalam beberapa  kasus,  kelompok  dapat   dibentuk   dengan mempertimbangkan   keakraban persahabatan   atau minat   yang sama dalam  topoik tertentu.  Selanjutnya   siswa memilih  topik  untuk diselidiki,  melakukan   penyelidikan  yang mendalam  atas topik   yang dipilih itu.  Selanjutnya   menyiapkan   dan mempresentasikan   laporannya  kepada seluruh kelas.
4).  Pendekatan Struktural
Pendekatan ini  dikembangkan  oleh Spencer  Kagen  dan kawan – kawannya.  Meskipun  memilik banyak   kesamaan  dengan pendekatan lain, namun  pendekatan   ini memberi penekanan  pada penggunaan  struktur   tertentu yang dirancang  untuk  mempengaruhi   pola interaksi siswa.  Struktur  tugas yang   dikembangkan  oleh Kagen ini  dimaksudkan sebagai alternatif   terhadap  struktur   kelas tradisional, seperti   resitasi,  dimana  guru   mengajukan   pertanyaan   kepada seluruh   kelas dan  siswa memberi jawaban   setelah mengangkat   tangan dan ditunjuk. Struktur  yang dikembangkan  oleh kagen in menghendaki  siswa bekerja   saling membantu   dalam kelompok  kecil dan  lebih dicirikan   oleh penghargaan  kooperatif, dari pada   penghargaan individu. Ada struktur   yang dimbangkan  untuk meningkatkan  perolehan   isi akademik, dan ada struktur yang dirancang   untuk  mengajarkan  keterampilan  sosial dan  keterampilan   kelompok.
5).  Jigsaw
Jigswa pertam kali dikembangkan  dan diuji cobakan   oleh Elliot  Aronson  dan teman – teman  di Universitas  Texas,  dan kemudian  diadaptasi  oleh Slavin  dan  teman – teman di  Universitas  John Hopkins.
Memperjelas  perbandingan  antara keempat   pendekatan  pembelajaran  kooperatif  atau yang lebih   sering disebut  sebagai  tipe pembelajaran  kooperatif  dapat dilihat  dari Tabel 2.2.

Tabel 2.2. Perbandingan  Empat  Pendekatan  dalam Pembelajaran Koopratif.

STAD
Jigsaw
Group Investigation
Pendekatan Strukur
Tujuan koognitif
Informasi akademik sederhana
Informasi akademik sederhana
Informasi akademik tingkat  tinggi dan keterampilan inkuiri
Informasi  akademik sederhana
Tujuan sosial
Kerja kelompok dan kerja sama
Kerja kelompok  dan kerja sama
Kerja dalam kelompok kompleks
Keterampilan kelompok dan  keterampilan  sosial.
Struktur tim
Kelompok belajar heterogen dengan 4 – 5 orang anggota
Kelompok belajar  heterogen  dengan 5 – 6 anggota,  mengunakan pola “kelompok asal” dan  “Kelompok ahli”
Kelompok  belajar 5 – 6 orang anggota   homogen. Bervariasi, berdua, bertiga
Kelompok 4 – 6 orang anggota
Pemilihan topik
Biasanya guru
Biasanya guru
Biasanya siswa
Biasanya guru
Tugas utama
Siswa dapat  menggunakan  lembar kegiatan  dan saling membantu  untuk menuntaskan  materi belajarnya
Siswa mempelajari materi dalam “kelompok  hali” kemudian membantu anggota   “Kelompok asal” mempelajari materi itu
Siswa menyelesaikan  inkuiri  komples
Siswa mengerjakan  tugas – tugas   sosial dan  kognitif.
Penilian
Tes mingguan
Bervariasi, dapat berpa tes mingguan
Menyelesaikan   proyek  dan menulis laporan, dapat  menggunakan tes uraian
Bervariasi






Pengakuan Lembar
Lembar pengetahuan dan publikasi  lain
Publikasi lain
Lembar pengamatan  dan publikasi lain
Bervariasi

 f.       Model Pembelajaran Jig Saw
Pembelajaran kooperatif Tipe Jigsaw. Pembelajaran kooperatif tipe jigsaw pertama kali dikembangkan oleh Aronson. dkk di Universitas Texas. Model pembelajaran kooperatif tipe Jigsaw merupakan model pembelajaran kooperatif, siswa belajar dalam kelompok kecil yang terdiri dari 4-5 orang dengan memperhatikan keheterogenan, bekerjasama positif dan setiap anggota bertanggung jawab untuk mempelajari masalah tertentu dari materi yang diberikan dan menyampaikan materi tersebut kepada anggota kelompok yang lain.
Pada model pembelajaran kooperatif tipe Jigsaw, terdapat kelompok asal dan kelompok ahli. Kelompok asal yaitu kelompok induk siswa yang beranggotakan siswa dengan kemampuan, asal, dan latar belakang keluarga yang beragam. Kelompok asal merupakan gabungan dari beberapa ahli. Kelompok ahli yaitu kelompok siswa yang terdiri dari anggota kelompok asal yang berbeda yang ditugaskan untuk mempelajari dan mendalami topik tertentu dan menyelesaikan tugas-tugas yang berhubungan dengan topiknya untuk kemudian dijelaskan kepada anggota kelompok asal.
Siswa diminta untuk membaca suatu materi dan diberi lembar ahli (expert sheet) yang memuat topik-topik berbeda untuk tiap anggota tim yang harus dipelajari pada saat membaca. Apabila siswa telah selesai membaca, selanjutnya dari tim berbeda dengan topik yang sama bertemu (berkumpul) dalam kelompok ahli, untuk mendiskusikan topik mereka selama waktu yang ditentukan. Selanjutnya ahli-ahli ini kembali ke tim masing-masing untuk menyampaikan kepada anggota yang lain dalam satu tim asal. Pada akhirnya siswa mengerjakan kuis yang mencakup semua topik dan skor yang diperoleh menjadi skor tim. skor yang dikontribusi oleh siswa kepada timnya menjadi dasar sistem peningkatan skor individual. Siswa dengan skor tinggi dalam timnya dapat menerima sertifikat atau penghargaan lainnya. Kunci dari pembelajaran tipe JIGSAW adalah saling kertergantungan, yaitu setiap siswa bergantung pada anggota satu timnya untuk menyediakan informasi yang dibutuhkan agar mengerjakan kuis dengan baik.
Peran guru dalam model pembelajaran kooperative tipe jigsaw adalah mefasilitasi dan memotivasi para anggota kelompok ahli agar mudah untuk memahami materi yang diberikan. Kunci tipe Jigsaw ini adalah interdependence setiap siswa terhadap anggota tim yang memberikan informasi yang diperlukan. Artinya para siswa harus memiliki tanggunga jawab dan kerja sama yang positif dan saling ketergantungan untuk mendapatkan informasi dan memecahkan masalah yang biberikan.
Menurut Slavin ( 1995: 122 ) Kegiatan instruksional yang secara reguler dilaksanakan dalam pembelajaran kooperatif tipe JIGSAW terdiri atas membaca, diskusi kelompok ahli, laporan tim, tes, dan penghargaan tim.
1)      Membaca
Siswa menerima topik ahli dan membaca materi yang ditnjuk untuk menggali informasi (mendalaminya).
2)      Diskusi kelompok ahli
Siswa dengan topik ahli yang sama bertemu untuk mendiskusikannya dalam kelompok ahli.
3)      Laporan tim
Ahli-ahli kembali pada timnya dan mengajarkan topik mereka kepada anggota yang lain dalam satu timnya.
4)      Tes
Siswa mengerjakan kuis individual yang mencakup semua topik.
5)      Penghargaan tim
Tim dimungkinkan mendapatkan sertifikat atau penghargaan lain apabila skor rata-rata mereka melebihi kriteria tertentu.
Penilaian Dalam Pembelajaran Kooperatif
Penilaian dalam pembelajaran kooperatif dilakukan dengan tes atau kuis tentang bahan pembelajaran. Dalam banyak hal, butir-butir tes pada kuis ini harus merupakan satu jenis tes obyektif paper and pencil, sehingga butir-butir itu dapat diskor di kelas atau segera setelah tes diberikan.
 Langkah-langkah dalam penerapan teknik Jigsaw adalah sebagai berikut :  
·         Guru membagi suatu kelas menjadi beberapa kelompok, dengan setiap kelompok terdiri dari 4 – 6 siswa dengan kemampuan yang berbeda. Kelompok ini disebut kelompok asal. Jumlah anggota dalam kelompok asal menyesuaikan dengan jumlah bagian materi pelajaran yang akan dipelajari siswa sesuai dengan tujuan pembelajaran yang akan dicapai. Dalam tipe Jigsaw ini, setiap siswa diberi tugas mempelajari salah satu bagian materi pembelajaran tersebut. Semua siswa dengan materi pembelajaran yang sama belajar bersama dalam kelompok yang disebut kelompok ahli (Counterpart Group/CG). Dalam kelompok ahli, siswa mendiskusikan bagian materi pembelajaran yang sama, serta menyusun rencana bagaimana menyampaikan kepada temannya jika kembali ke kelompok asal. Kelompok asal ini oleh Aronson disebut kelompok Jigsaw (gigi gergaji). Misal suatu kelas dengan jumlah 40 siswa dan materi pembelajaran yang akan dicapai sesuai dengan tujuan pembelajarannya terdiri dari 5 bagian materi pembelajaran, maka dari 40 siswa akan terdapat 5 kelompok ahli yang beranggotakan 8 siswa dan 8 kelompok asal yang terdiri dari 5 siswa. Setiap anggota kelompok ahli akan kembali ke kelompok asal memberikan informasi yang telah diperoleh atau dipelajari dalam kelompok ahli. Guru memfasilitasi diskusi kelompok baik yang ada pada kelompok ahli maupun kelompok asal.
 
 skema pembelajaran jigsaw




Keterangan :
Baris I dan III  :  Kelompok Asal
Baris II             :  Kelompok Ahli
                               Gambar 2.1.  Contoh Pembentukan Kelompok Jigsaw

·         Setelah siswa berdiskusi dalam kelompok ahli maupun kelompok asal, selanjutnya dilakukan presentasi masing-masing kelompok atau dilakukan pengundian salah satu kelompok untuk menyajikan hasil diskusi kelompok yang telah dilakukan agar guru dapat menyamakan persepsi pada materi pembelajaran yang telah didiskusikan.
·         Guru memberikan kuis untuk siswa secara individual.
·         Guru memberikan penghargaan pada kelompok melalui skor penghargaan berdasarkan perolehan nilai peningkatan hasil belajar individual dari skor dasar ke skor kuis berikutnya.
·         Materi sebaiknya secara alami dapat dibagi menjadi beberapa bagian materi pembelajaran.
·         Perlu diperhatikan bahwa jika menggunakan Jigsaw untuk belajar materi baru maka perlu dipersiapkan suatu tuntunan dan isi materi yang runtut serta cukup sehingga tujuan pembelajaran dapat tercapai.