a.
Pengertian Inkuiri
Inquiry
berasal dari kata to inquire yang
berarti ikut serta, atau terlibat, dalam mengajukan pertanyaan, mencari
informasi, dan melakukan penyelidikan.
Sund, seperti yang dikutip oleh Suryosubroto (dalam
Trianto, 2009: 166)
menyatakan bahwa, “Inquiry
merupakan perluasan proses discovery,
yang digunakan lebih mendalam. Inkuiri
yang dalam bahasa Inggris Inquire
berarti pertanyaan, atau pemeriksaan, penyelidikan. Inkuiri sebagai suatu
proses umum yang dilakukan manusia untuk mencari atau memahami informasi”.
b.
Macam-Macam Inkuiri
Menurut Mohammad
Johar (2011 : 69) “inkuiri dibedakan menjadi
tiga macam,
yaitu inkuiri terbimbing, inkuiri
bebas dan inkuiri bebas yang
dimodifikasi. Perbedaan
itu lebih ditandai
dengan seberapa besar
campur tangan guru
dalam penyelidikan tersebut.
Pembelajaran inkuiri bebas,
memposisikan guru sebagai teman dalam belajar”.
1)
Inkuiri
Bebas
Menurut Mohammad
Johar (2011) Dalam
hal ini siswa melakukan penelitian bebas sebagaimana seorang scientis. Masalah dirumuskan sendiri, eksperimen
atau penyelidikan dilakukan sendiri dan kesimpulan konsep diperoleh sendiri.
2)
Inkuiri Terbimbing
Menurut Mohammad
Johar (2011) Dalam
bentuk inkuiri
ini, guru sudah memiliki jawaban sebelumnya, sehingga
siswa tidak begitu
bebas mengembangkan gagasan
dan idenya.
Masalah yang diberikan oleh guru dan siswa memecahkannya sesuai dengan
prosedur tertentu yang diarahkan oleh guru.
3)
Inkuiri
Bebas Termodifikasi
Bentuk inkuiri
ini merupakan gabungan dari inkuiri terbimbing dan inkuiri bebas (Mohammad Johar, 2011).
2.
Inkuiri Terbimbing
a.
Pengertian Inkuiri Terbimbing
Menurut Paul Suparno (2007: 68) “Inkuiri yang
terarah adalah inkuiri yang banyak
dicampuri oleh guru. Guru banyak
mengarahkan dan memberikan
petunjuk baik lewat prosedur yang lengkap dan pertanyaan-pertanyaan pengarahan selama proses inkuiri”. Dalam bentuk inkuiri ini, guru sudah
memiliki jawaban sebelumnya,
sehingga siswa
tidak begitu bebas
mengembangkan gagasan dan idenya. Masalah yang
diberikan oleh guru dan siswa memecahkannya sesuai dengan prosedur tertentu
yang diarahkan oleh guru.
Metode pembelajaran inkuiri adalah suatu metode yang sangat menantang
dan melahirkan interaksi antara yang diyakini anak sebelumnya terhadap
suatu bukti baru untuk mencapai pemahaman yang lebih baik, melalui proses dan
metode eksplorasi untuk menurunkan, dan
mengetes gagasan-gagasan
baru. Sudah barang tentu hal tersebut melibatkan
sikap-sikap untuk mencari
penjelasan dan menghargai
gagasan orang lain, terbuka terhadap gagasan baru, berpikir kritis,
jujur, kreatif, dan berpikir lateral.
Peran guru
dalam inkuiri terbimbing
dalam memecahkan masalah yang diberikan kepada siswa adalah dengan memberikan
pertanyaan-pertanyaan dalam
proses penemuan sehingga siswa tidak akan kebingungan. Sehingga kesimpulan akan lebih cepat dan
mudah diambil. Guru bertindak sebagai penunjuk jalan, membantu siswa agar menggunakan ide,
konsep, dan keterampilan yang sudah mereka
pelajari sebelumnya untuk mendapatkan pengetahuan yang baru. Pengajuan
pertanyaan yang tepat oleh guru
akan merangsang kreativitas
siswa dan membantu
mereka dalam ‘menemukan’ pengetahuan
baru tersebut. Metode pembelajaran
inkuiri terbimbing memang memerlukan waktu yang
relatif banyak dalam
pelaksanaannya, akan tetapi
hasil belajar yang
dicapai tentunya sebanding dengan
waktu yang digunakan. Pengetahuan
baru akan melekat lebih
lama apabila siswa dilibatkan secara langsung dalam proses.
b.
Langkah-Langkah
Pembelajaran Inkuiri Terbimbing
Menurut Gulo (dalam Trianto, 2009) menyatakan, langkah-langkah
dalam pembelajaran inkuiri terbimbing meliputi:
1) Perumusan Masalah.
Langkah awal adalah
menentukan masalah yang ingin didalami atau dipecahkan dengan metode inkuiri. Persoalan dapat
disiapkan atau diajukan oleh guru. Persoalan
sendiri harus jelas
sehingga dapat dipikirkan,
didalami, dan dipecahkan oleh
siswa. Persoalan perlu diidentifikasi dengan jelas tujuan dari seluruh proses
pembelajaran atau penyelidikan. Bila persoalan ditentukan oleh guru perlu
diperhatikan bahwa persoalan itu real, dapat dikerjakan oleh siswa, dan sesuai dengan kemampuan siswa. Persoalan
yang terlalu tinggi akan membuat siswa tidak semangat, sedangkan persoalan yang
terlalu mudah yang sudah mereka ketahui tidak menarik minat siswa. Sangat baik
bila persoalan itu sesuai dengan tingkat hidup dan keadaan siswa.
2) Menyusun hipotesis
Langkah berikutnya adalah
siswa diminta untuk mengajukan jawaban
sementara tentang masalah itu. Inilah yang disebut hipotesis. Hipotesis siswa
perlu dikaji apakah jelas atau tidak. Bila belum jelas, sebaiknya guru mencoba
membantu memperjelas maksudnya lebih dahulu. Guru diharapkan tidak memperbaiki
hipotesis siswa yang salah, tetapi cukup memperjelas maksudnya saja. Hipotesis yang salah, tetapi cukup memperjelas maksudnya
saja. Hipotesis yang salah nantinya akan kelihatan setelah pengambilan data dan
analisis data yang diperoleh.
3) Mengumpulkan data
Langkah selanjutnya
adalah siswa mencari dan mengumpulkan data sebanyak-banyaknya untuk membuktikan
apakah hipotesis mereka benar atau tidak. Dalam bidang biologi, untuk
dapat mengumpulkan data, siswa harus menyiapkan suatu peralatan untuk pengumpulan
data. Maka guru perlu membantu bagaimana siswa mencari peralatan,
merangkai peralatan, dan mengoperasikan peralatan
sehingga berfungsi dengan baik. langkah ini adalah langkah percobaan atau eksperimen. Biasanya dilakukan
di laboratorium tetapi kadang juga dapat
di luar sekolah. Setelah peralaran
berfungsi, siswa diminta untuk
mengumpulkan data dan mencatatnya dalam buku catatan.
4) Menganalisis data
Data yang sudah
dikumpulkan harus dianalisis untuk dapat membuktikan hipotesis apakah benar
atau tidak. Untuk
memudahkan menganalisis data,
data sebaiknya diorganisasikan, dikelompokkan, diatur sehingga dapat dibaca dan
dianalisis dengan mudah. Biasanya disusun dalam suatu tabel.
5) Menyimpulkan
Dari data yang telah dikelompokkan dan
dianalisis, kemudian diambil
kesimpulan dengan
generalisasi. Setelah diambil kesimpulan, kemudian dicocokkan dengan hipotesis
asal, apakah hipotesa kita diterima atau tidak.
c.
Kelebihan
dan Kekurangan Inkuiri Terbimbing
Inkuiri
Suchman seperti yang dikutip oleh Kardi (dalam Trianto, 2009: 170) mempunyai dua kelebihan, yaitu :
1)
Penelitian
dapat diselesaikan dalam waktu satu periode pertemuan. Waktu yang singkat ini
memungkinkan siswa dapat mengalami siklus inkuiri dengan cepat, dan pelatihan
mereka akan terampil melakukan inkuiri.
2)
Lebih
efektif dalam semua bidang di dalam kurikulum.
Perbedaan utama
antara
inkuiri Suchman dengan Inkuiri umum terletak pada proses pengumpulan data. Suchman mengembangkan suatu motode
penemuan baru yang menuntun siswa mengumpulkan data melalui bertanya.
Menurut Wina Sanjaya (2006:208) menyatakan kelemahan Inkuiri digunakan sebagai
metode pembelajaran yaitu :
1)
Sulit
mengontrol kegiatan dan keberhasilan siswa.
2)
Strategi
ini sulit dalam merencanakan pembelajaran oleh karena terbentur dalam kebiasaan
siswa dalam belajar.
3)
Kadang kadang dalam implementasimnya, memerlukan waktu yang panjang sehingga
sering guru sulit menyesuaikannya dengan waktu yang telah ditentukan.
4)
Selama
kriteria
keberhasilan belajar ditentukan oleh kemampuan siswa menguasai materi pelajaran.
3.
Prestasi
Belajar
Kemampuan intelektual siswa sangat menentukan keberhasilan siswa dalam
memperoleh prestasi. Untuk mengetahui berhasil tidaknya seseorang dalam belajar
maka perlu dilakukan suatu evaluasi, tujuannya untuk mengetahui prestasi yang
diperoleh siswa setelah proses belajar mengajar berlangsung.
Menurut Ralph Tyler (dalam Suharsimi Arikunto, 2008 : 3) “Evaluasi
merupakan sebuah proses pengumpulan data untuk menentukan sejauh mana, dalam
hal apa, dan bagian mana tujuan sebuah pendidikan tercapai”. Tujuan khusus
evaluasi ada dua, yaitu untuk mengetahui kemajuan anak didik setelah dididik
selama jangka waktu tertentu dan untuk mengetahui tingkat efisiensi metode atau
pendekatan dalam pengajaran selama waktu tertentu.
Alat evaluasi yang digunakan hendaknya yang baik, artinya harus memenuhi
syarat-syarat dan prinsip-prinsip
tertentu dalam mengukur prestasi belajar agar informasi yang diperoleh
akurat dan relevan dengan tujuan yang ingin dicapai melalui tes.
Menurut Suharsimi Arikunto (2008:57), syarat-syarat alat evaluasi (tes) yang baik adalah
tes tersebut harus memenuhi syarat-syarat validitas, reliabilitas, objektifitas,
praktibilitas, dan ekonomis. Validitas atau sahih maksudnya tes tersebut dapat
tepat mengukur apa yang hendak diukur. Reliabilitas maksudnya tes tersebut
dapat dipercaya dan memberikan hasil yang tepat apabila dites atau diujicobakan
berkali-kali, serta hasil-hasil tes tersebut menunjukkan ketepatan.
Obyektifitas maksudnya tes tersebut dalam pelaksanaannya tidak dipengaruhi oleh
faktor subyektifitas. Ada dua faktor yang mempengaruhi subyektifitas dari suatu
tes yakni bentuk tes dan penilaian. Praktibilitas maksudnya tes tersebut
praktis (mudah dilaksanakan, mudah pemeriksaannya, dan dilengkapi dengan
petunjuk-petunjuk yang jelas sehingga dapat diberikan atau diawali oleh orang
lain). Ekonomis maksudnya dalam pelaksanaannya tes tersebut tidak membutuhkan
ongkos atau biaya yang mahal, tenaga yang banyak, dan waktu yang lama.
Adapun prestasi dapat diartikan sebagai hasil yang diperoleh karena adanya
aktivitas belajar yang telah dilakukan. Sedangkan belajar adalah perubahan yang terjadi dalam tingkah laku
manusia. Proses tersebut tidak akan terjadi apabila tidak ada suatu yang
mendorong pribadi yang bersangkutan. Prestasi belajar merupakan hal yang tidak
dapat dipisahkan dari kegiatan belajar, karena kegiatan belajar merupakan
proses, sedangkan prestasi merupakan hasil dari proses belajar.
Winkel (1996:226)
mengemukakan bahwa “prestasi belajar merupakan bukti keberhasilan yang telah
dicapai seseorang”.
Dengan
demikian, prestasi belajar merupakan hasil maksimum yang dicapai oleh seseorang
setelah melaksanakan usaha-usaha belajar. Prestasi belajar dikatakan sempurna apabila memenuhi tiga
aspek yakni: kognitif, afektif dan psikomotor, sebaliknya dikatakan prestasi kurang
memuaskan jika seseorang belum mampu memenuhi target dalam ketiga kriteria
tersebut.
a.
Ranah kognitif
Ranah kognitif adalah ranah yang mencakup kegiatan
mental (otak). Menurut Bloom, segala upaya yang menyangkut aktivitas otak
adalah termasuk dalam ranah kognitif. Dalam ranah kognitif terdapat enam aspek
atau jenjang proses berpikir, mulai dari jenjang terendah sampai dengan jenjang
yang paling tinggi. Keenam aspek yang dimaksud adalah:
1)
Pengetahuan/hafalan/ingatan (C1) adalah
kemampuan seseorang untuk mengingat-ingat kembali (recall) atau mengenali kembali tentang nama, istilah, ide,
rumus-rumus, dan sebagainya tanpa mengharapkan kemampuan untuk menggunakannya.
Pengetahuan atau ingatan merupakan proses berpikir yang paling rendah.
2)
Pemahaman (C2) adalah kemampuan
seseorang untuk mengerti atau memahami sesuatu setelah sesuatu itu diketahui
dan diingat. Dengan kata lain, memahami adalah mengetahui tentang sesuatu dan
dapat melihatnya dari berbagai segi. Seorang peserta didik dikatakan memahami
sesuatu apabila ia dapat memberikan penjelasan atau memberi uraian yang lebih
rinci tentang hal itu dengan menggunakan kata-katanya sendiri. Pemahaman
merupakan jenjang kemampuan berpikir yang setingkat lebih tinggi dari ingatan atau
hafalan.
3)
Penerapan (C3) adalah kemampuan
seseorang untuk menerapkan atau menggunakan ide-ide umum, tata cara ataupun
metode-metode, prinsip-prinsip, rumus-rumus, teori-teori dan sebagainya, dalam
situasi yang baru dan konkret. Penerapan merupakan proses berpikir yang
setingkat lebih tinggi dari pemahaman.
4)
Analisis (C4) adalah kemampuan seseorang
untuk merinci atau menguraikan sesuatu bahan atau keadaan menurut bagian-bagian
yang lebih kecil dan mampu memahami hubungan di antara bagian-bagian atau faktor-faktor
yang satu dengan faktor-faktor lainnya.
5)
Sintesis (C5) adalah kemampuan berpikir
yang merupakan kebalikan dari proses berpikir analisis. Sintesis merupakan
suatu proses yang memadukan bagian-bagian atau unsur-unsur secara logis,
sehingga menjadi suatu pola yang berstruktur atau berbentuk pola baru.
6)
Penilaian/penghargaan/evaluasi (C6)
adalah jenjang berpikir paling tinggi dalam ranah kognitif dalam taksonomi
Bloom. Penilaian/evaluasi merupakan kemampuan seseorang untuk membuat
pertimbangan terhadap suatu kondisi, nilai atau ide, misalkan jika seseorang
dihadapkan pada beberapa pilihan maka ia akan mampu memilih satu pilihan yang
terbaik sesuai dengan kriteria yang ada.
b.
Ranah afektif
Ranah afektif adalah ranah yang berkaitan dengan
sikap dan nilai. Ranah afektif mencakup watak perilaku seperti perasaan, minat,
sikap, emosi, dan nilai. Adapun tingkatan aspek ini antara lain: (1) menerima (receiving), adalah kepekaan seseorang
dalam menerima rangsangan (stimulus)
dari luar yang datang kepada dirinya dalam bentuk masalah, situasi, gejala dan
lain-lain; (2) menanggapi (responding),
mengandung arti “adanya partisipasi aktif”. Jadi kemampuan menanggapi adalah
kemampuan yang dimiliki oleh seseorang untuk mengikut sertakan dirinya secara
aktif dalam fenomena tertentu dan membuat reaksi terhadap salah satu cara; (3)
menilai atau menghargai (valuing),
adalah memberikan nilai atau penghargaan terhadap suatu kegiatan atau obyek,
sehingga apabila kegiatan itu tidak dikerjakan, dirasakan akan membawa kerugian
atau penyesalan; (4) mengatur atau mengorganisasikan (organization), artinya mempertemukan perbedaan nilai baru yang
universal, yang membawa pada perbaikan umum; (5) karakterisasi dengan suatu
nilai atau kompleks nilai (characterization
by evalue or calue complex), yakni keterpaduan semua sistem nilai yang
telah dimiliki oleh seseorang yang mempengaruhi pola kepribadian dan tingkah
lakunya.
c.
Ranah psikomotorik
Ranah psikomotor merupakan ranah yang berkaitan
dengan keterampilan (skill) atau
kemampuan bertindak setelah seseorang menerima pengalaman belajar tertentu.
Ranah psikomotor adalah ranah yang berhubungan dengan aktivitas fisik. Adapun
tingkatan aspek ini antara lain: (1) persepsi yang berhubungan dengan
penggunaan untuk memperoleh petunjuk yang membimbing kegiatan motorik; (2)
kesiapan yang berkenaan dengan sesuatu kesiapsediaan yang meliputi kesiapan
mental, fisik dan emosi untuk melakukan suatu kegiatan keterampilan sebagai
langkah selanjutnya setelah adanya persepsi; (3) respon terpimpin merupakan
langkah permulaan dalam mempelajari keterampilan yang kompleks; (4) mekanisme
adalah suatu penampilan keterampilan yang sudah terbiasa atau bersifat mekanis
dan gerakan-gerakan yang dilakukan dengan penuh keyakinan, mantap, tertib,
santun, dan sempurna; (5) respon yang kompleks adalah berkenaan dengan
penampilan keterampilan yang sangat mahir, dengan kemampuan tinggi diperlukan
tingkatan hasil belajar sebelumnya.
Untuk mencapai
prestasi belajar siswa sebagaimana yang diharapkan, maka perlu diperhatikan
beberapa faktor yang mempengaruhi prestasi belajar antara lain; faktor yang
terdapat dalam diri siswa (faktor internal), dan faktor yang berasal dari luar siswa (faktor eksternal). Faktor-faktor yang berasal dari dalam diri anak
bersifat biologis, sedangkan faktor yang berasal dari luar diri anak antara lain adalah faktor
keluarga, sekolah, masyarakat dan sebagainya.
a.
Faktor Internal
Faktor internal adalah faktor yang timbul dari dalam
diri individu itu sendiri, adapun yang dapat digolongkan ke dalam faktor
internal yaitu kecerdasan/intelegensi, faktor jasmaniah/fisiologis, sikap,
bakat, minat dan motivasi.
b.
Faktor Eksternal
Faktor eksternal
adalah faktor-faktor yang dapat mempengaruhi prestasi belajar yang sifatnya di
luar diri siswa, yaitu beberapa pengalaman-pengalaman, keadaan keluarga,
lingkungan sekitarnya dan sebagainya. Pengaruh lingkungan ini pada umumnya
bersifat positif dan tidak memberikan paksaan kepada individu.
By : Jauhariah